YBBI Gelar FGD Penyusunan Panduan Sakula Himba

Yayasan Betang Borneo Indonesia (YBBI) terus berupaya meningkatkan kondisi inklusif di lingkungan sekolah dan masyarakat melalui berbagai program yang inovatif. Salah satu upaya terbaru yang dilakukan adalah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk Penyusunan Panduan Sakula Himba. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai inklusif di kalangan anak muda dalam jangka panjang.

Kegiatan FGD ini berlangsung dari tanggal 24 hingga 27 Maret 2024, bertempat di Hotel Fovere, Kota Palangka Raya. Acara ini melibatkan berbagai pihak, termasuk guru dari SMA Jabiren Raya, pemerintah Desa Pilang dan Simpur, serta lembaga adat setempat. Semua pihak yang terlibat diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam penyusunan panduan ini.

Berdasarkan analisis baseline yang dilakukan oleh YBBI, salah satu temuan yang mencolok adalah tingginya angka pernikahan di bawah umur. Selain itu, kenakalan remaja dan rendahnya motivasi pendidikan menjadi isu utama yang perlu ditangani. Oleh karena itu, diperlukan upaya penyadaran melalui penguatan ruang-ruang ekspresi bagi kelompok anak muda. Agar mereka dapat mengasah dan menyalurkan aspirasi serta mengembangkan potensi diri mereka.

Sevana Dewi, selaku Project Manager YBBI, menjelaskan bahwa tingginya kasus kenakalan remaja dan rendahnya motivasi melanjutkan pendidikan, serta tingginya kasus pernikahan di bawah umur menunjukkan urgensi untuk menciptakan ruang-ruang ekspresif bagi anak muda. “Diperlukan penyadaran melalui penguatan ruang-ruang ekspresif bagi kelompok anak muda untuk mengasah dan menyalurkan aspirasi serta mengembangkan potensi dirinya,” ujarnya.

Sakula Himba bertujuan untuk meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal di kalangan siswa SMA, selain juga untuk meningkatkan motivasi pendidikan. Program ini juga merupakan upaya untuk mempromosikan Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) di lingkungan sekolah secara khusus.

Dengan adanya panduan yang disusun bersama oleh para guru SMA, pemerintah desa, dan lembaga adat yang terlibat, diharapkan panduan Sakula Himba dapat menjadi acuan dalam mendorong peran siswa sebagai pemuda desa. Panduan ini diharapkan mampu memotivasi pendidikan, menggali kembali peran pemuda dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal. Serta mendorong keterlibatan pemuda dalam pembangunan desa dan menjadi penggerak masyarakat yang inklusif.

YBBI, yang merupakan mitra program ESTUNGKARA, telah mendampingi masyarakat adat di Desa Pilang dan Desa Simpur. Salah satu kegiatan pendampingan yang dilakukan adalah agenda Sakula Himba. Sosialisasi awal Sakula Himba dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Maret 2024, di SMA Jabiren Raya, dengan sasaran utama para siswa SMA. Tujuannya adalah untuk menjangkau anak muda secara luas melalui sekolah sebagai tahap awal perkenalan.

Pada tahun 2024, Sakula Himba akan dilaksanakan di Desa Pilang dan Desa Simpur. Kegiatan ini bertujuan memberikan pendidikan terkait GEDSI kepada anak muda di desa. Serta menjadi ruang pembelajaran bersama dalam menyelami adat dan budaya. Agenda sosialisasi Sakula Himba menjadi langkah awal pendidikan GEDSI kepada pemuda desa. Yang tentunya memerlukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk kepala sekolah dan jajarannya, pemerintah desa, dan tokoh adat.

Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan kader lokal, khususnya pemuda desa, dapat ikut serta dalam menggerakkan pendidikan GEDSI serta pendidikan adat dan budaya Dayak Ngaju. Hal ini penting agar para pemuda dapat berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka. Serta mendorong terciptanya masyarakat yang inklusif dan berkeadilan sosial.

Penulis :

YBBI