Semangat Kartini dalam Diri Perempuan Adat

Oleh: Anggun, KKI Warsi

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi yang tergabung sebagai mitra INKLUSI lewat dukungan KEMITRAAN, berpartisipasi dalam acara bertajuk “Suara dari Tapak” yang berlangsung di Gada Mala Caffe & Eatery, Jambi pada 20 April 2025. Kegiatan ini dilgelar untuk membangkitkan kembali semangat Kartini dalam memperjuangkan hak perempuan, khususnya perempuan adat melalui diskusi serta menganyam dan menjahit bersama peserta yang hadir.

Minar sebagai perempuan adat yang terlibat aktif dalam pemberdayaan kelompok perempuan bersama KKI Warsi di Talang Mamak di Dusun Simarantihan, Tebo, Jambi, turut menjadi pembicara. Dalam acara ini Minar membagikan pengalamannya tentang perjuangan perempuan Talang Mamak dalam pemenuhan pangan memperjuangkan hak hidup komunitasnya.

Minar merasa bangga dan bahagia dapat terlibat dalam memperingati Hari Kartini. Minar merasakan perubahan positif dengan adanya penguatan di kelompok perempuan Talang Mamak. Mereka menjadi tulang punggung dalam pemenuhan pangan keluarga karena adanya wadah berupa Kelompok Wanita Tani (Rimpahan Paloriyen Simarantihan) untuk melatih dan mengorganisir perempuan dalam bercocok tanam. Minar berharap kesulitan yang dirasakannya dulu tidak dirasakan lagi oleh generasi muda Talang Mamak. Ia juga berharap generasi muda Talang Mamak semakin maju dan memiliki kesempatan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Adapun saat ini sudah ada empat orang anak Talang Mamak yang bersekolah di Jambi.

Pembicara lainnya berasal dari perwakilan perempuan Orang Rimba yaitu Juliana. Ia berhasil mencapai cita-citanya menjadi sarjana kehutanan dan mengabdikan diri untuk memberdayakan komunitas Orang Rimba. Juliana bercerita, perjuangannya untuk meraih gelar sarjana dan menyakinkan orang-orang terdekatnya untuk mendukung cita-citanya sangat berat

Nur (26) yang hadir sebagai peserta mengaku senang bisa berpartisipasi dalam acara Suara dari Tapak. Menurt Nur, kegiatannya sangat bermanfaat bagi kaum muda khususnya perempuan. Ia akhirnya menyadari perempuan adat memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa namun tidak terpublikasikan.

“Dan dari pernyataan perempuan adat sebagai narasumber sangat dalam sekali, bahwa jangan ada perbedaan karena manusia memiliki hak yang sama. Masyarakat adat juga ingin maju,” ujar Nur.

Walaupun banyak tantangan dan keterbatasan yang dimiliki, perempuan adat tetap bertahan dan berjuang ditengah gempuran modernisasi dan globalisasi. Dengan mempertahan kearifan lokal dan beradaptasi dengan kondisi saat ini, mereka tetap berjuang walaupun sedikit tertatih. Mereka menerjang gelombang perubahan zaman yang tidak selalu ramah. Perempuan adat dengan langkah yang mungkin tak selalu cepat namun penuh keyakinan, terus melangkah demi masa depan yang lebih baik bagi komunitasnya. 

Hal senada disampaikan Anggun perwakilan KKI Warsi. Ia mengatakan walaupun raga Kartini tidak bersama kita saat ini, akan tetapi perjuangan dan semangatnya bisa dibangkitkan kembali.

“Di Hari Kartini ini juga memberikan semangat kepada kita untuk bermimpi dan  memiliki cita-cita,  dan berjuang tanpa takut akan keterbatasan sosial dan budaya,” ujar Anggun.

Penulis :