PJ Bupati Tebo Janjikan Pembangunan Inklusif Bagi Suku Talang Mamak di Jambi

Senyum bahagia tergambar jelas di wajah Mak Taesah, perempuan adat Talang Mamak yang tinggal di Dusun Simarantihan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo. Keberadaannya dan rekan-rekannya di dusun ini menyimpan impian besar, yang kini terwujud melalui kehadiran Pj Bupati Tebo, Aspan, dan rombongan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya.

Dengan hati yang penuh kehangatan, istri Pj Bupati Tebo, Armayanti, menggenggam erat tangan Mak Taesah dan warga Talang Mamak lainnya. Kehadiran pejabat tersebut seperti anugerah bagi mereka, menjadi peluang untuk menuangkan harapan demi masa depan yang lebih baik. Dengan hanya 52 keluarga atau 203 jiwa, kelompok Talang Mamak masih hidup di pinggiran, hampir tidak tersentuh oleh pembangunan yang berkembang di sekitarnya.

Pasca pembangunan perumahan sosial beberapa tahun lalu, Dusun Simarantihan tidak lagi memiliki sarana prasarana yang memadai. “Kami berharap ada pengakuan wilayah penghidupan dan pembangunan untuk kami, termasuk akses jalan, sekolah, dan sarana kesehatan,” ungkap Fahmi, Ketua Adat Talang Mamak Simarantihan. Permintaan akan akses jalan menjadi hal yang sangat penting, mengingat sebelumnya mereka harus berjalan kaki selama 4 jam melewati jalanan berlumpur untuk mencapai pemukiman mereka.

Rombongan Pj Bupati bahkan harus menggunakan mobil off-road dan berjalan kaki untuk mencapai Simarantihan. Kesulitan ini tidak hanya menghambat mobilitas, tetapi juga menghalangi pendidikan anak-anak Talang Mamak.

Sekolah dasar yang terletak jauh dengan sarana dan prasarana terbatas membuat perjalanan pendidikan menjadi tantangan. “Sulit kami membayar kost dan biaya anak-anak kami sekolah di pusat desa, makanya banyak anak-anak ini yang tidak melanjutkan sekolah,” tambah Fahmi.

Pendidikan menjadi kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih cerah bagi Talang Mamak. Mereka menyadari pentingnya pendidikan untuk kelangsungan hidup mereka, namun kesulitan ekonomi dan akses yang sulit menjadi kendala utama. Robert Aritonang, Manager Program Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, menyoroti perlunya pembangunan inklusif untuk komunitas adat seperti Talang Mamak. “Pembangunan inklusif harus memegang nilai, tidak boleh ada satu orang pun yang dilupakan, termasuk warga Talang Mamak yang meski terpencil, tetaplah warga negara yang berhak mendapatkan pembangunan,” katanya.

Suku Talang Mamak, sebagai petani peladang, menggantungkan hidup dari hasil hutan seperti jengkol, durian, rotan, dan jernang. Namun, hasil ini tidak cukup menghidupi mereka karena biaya angkut yang tinggi. Kondisi ekonomi yang tipis mengakibatkan suku ini terkategori sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, KKI Warsi menjembatani komunikasi antara warga Talang Mamak dan pemerintah, berupaya menyuarakan kebutuhan mereka.

“Penting adanya pembangunan inklusif untuk komunitas adat marginal seperti Talang Mamak,” tegas Robert Aritonang saat mendampingi kunjungan Bupati ke Simarantihan. Dia menjelaskan bahwa kondisi suku Talang Mamak merupakan hasil akumulasi persoalan sosial dan kerentanan ekonomi. Kehadiran Pj Bupati Aspan, menurut Robert, menjadi harapan besar bagi mereka. “Kami berterima kasih atas kunjungan Bapak Bupati ke sini, sehingga ke depan akan ada tindakan nyata untuk menyentuh suku Talang Mamak dengan pembangunan yang mereka butuhkan,” ungkap Robert.

Pj Bupati Aspan, dengan tulus, berjanji untuk segera membantu suku Talang Mamak mengatasi persoalan hidup mereka dengan menghadirkan pembangunan. Meskipun menyadari kesulitan melakukan pembangunan di kawasan hutan, tempat penghidupan Talang Mamak, beliau menyatakan dukungannya untuk terobosan kebijakan yang diperlukan. “Jadi perlu ada terobosan kebijakan untuk itu. Kebijakan apa? Bukan tugas kita, tetapi kita mendukung hal itu untuk penghidupan Talang Mamak,” ujar Aspan.

Dalam kesempatan tersebut, Pj Bupati Aspan tak hanya memberikan janji, tetapi juga memberikan sejumlah bantuan kepada kelompok paling rentan dan difabel. Paket sembako, mesin jahit, bibit tanaman, dan bantuan sekolah diserahkan sebagai tanda kepedulian. Beliau juga meluangkan waktu untuk mengunjungi rumah salah seorang warga komunitas yang difabel, Indra, yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan keterampilan di Balai Rehabilitasi Sosial Budi Perkasa Palembang.

Sebagai langkah konkret, Pj Bupati Tebo Aspan berkomitmen untuk menindaklanjuti permintaan Suku Talang Mamak. Untuk permintaan yang berada di ranah kewenangan Bupati, akan segera diupayakan dalam waktu dekat. Dalam dua hari berikutnya, Pj Bupati Tebo akan mengundang pemangku kepentingan di Talang Mamak dan perwakilan warga untuk membahas tindak lanjut kunjungan ini. Sementara itu, untuk permintaan yang membutuhkan persetujuan Kementerian, akan dibahas di tingkat yang lebih tinggi.

Kisah Talang Mamak dan harapan mereka untuk pembangunan yang merata dan inklusif menciptakan aura optimisme di tengah hutan yang menjadi saksi bisu perjuangan mereka. Dengan perjuangan bersama antara pemerintah dan warga, diharapkan Talang Mamak dapat memandang masa depan dengan cerah, penuh harapan, dan kesejahteraan yang merata.

Penulis :

Haryanto