Novel Dunia Anna: Ramalan Bumi di Masa Depan

Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi manusia pada abad ke-21. Dalam beberapa dekade terakhir, dampaknya semakin jelas dan merasahkan umat manusia. Perubahan iklim adalah fenomena panjang yang melibatkan perubahan dalam pola cuaca, temperatur rata-rata global, serta perubahan ekstrem cuaca. Salah satu dampak yang paling mencolok dari perubahan iklim adalah krisis lingkungan. Meluasnya deforestasi, kehancuran terumbu karang, dan hilangnya biodiversitas adalah contoh konkret dari perubahan iklim yang mempengaruhi ekosistem global. Semakin tingginya suhu dunia memicu migrasi spesies yang menyebabkan perubahan dramatis dalam dinamika ekosistem.

Perubahan iklim juga membawa dampak kemanusiaan yang signifikan. Mengapa demikian? Kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global, menyebabkan banjir pesisir dan hilangnya pulau-pulau kecil. Gelombang panas ekstrem, badai, dan kekeringan sering kali mengakibatkan kerusakan properti, kehilangan nyawa, dan pengungsi iklim yang mencari perlindungan. Tidak hanya itu, pertanian global sangat bergantung pada iklim yang stabil.

Dengan adanya perubahan iklim, justru mengakibatkan variasi cuaca yang ekstrem. Termasuk panas berlebihan, kekeringan, dan banjir. Di mana hal ini sangat mempengaruhi produksi tanaman dan ternak, yang berpotensi mengakibatkan kelangkaan pangan serta kenaikan harga pangan. Tentu ini juga akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya asuransi, dan hilangnya produktivitas pertanian. Dengan demikian, dampak perubahan iklim pada kesehatan manusia pun akan semakin diperhatikan. Gelombang panas yang lebih panjang dan intens menyebabkan masalah kesehatan seperti dehidrasi, kelelahan panas, dan bahkan kematian. Peningkatan penyebaran penyakit vektor-bawaan seperti malaria dan demam berdarah juga akan semakin meningkat.

Namun apa yang menjadi kekhawatiran dari umat manusia akan dampak perubahan iklim, sudah diramalkan terlebih dahulu dalam novel karya Jostein Gaarder yang berjudul “Dunia Anna”. Novel bertemakan metafisika lingkungan dan alam ini terbit pertama kali pada tahun 2014. Dengan tajuk versi bahasa inggris “Anna, a Fable About The Earth’s Climate and Environment”. Sedikit berbeda dengan novel karya Gaarder lainnya, buku Dunia Anna cenderung memfokuskan tema akan lingkungan di bumi. Terlebih perubahan iklim dan dampak dari pemanasan global.

Dengan kata lain, novel ini banyak menuangkan nilai-nilai kecintaan pada lingkungan khususnya bagaimana menjaga bumi untuk kehidupan generasi selanjutnya. Tindakan kerusakan lingkungan yang saat ini dilakukan justru mengancam generasi selanjutnya yang akan menempati Bumi. Anna, selaku tokoh utama sekaligus bagian dari generasi saat ini, diharuskan untuk berpikir lebih jauh pada kondisi Bumi. Dengan demikian, Gaarder seakan-akan memengaruhi para pembacanya agar peduli akan lingkungan hidup dan keberlangsungan bumi.

Diceritakan tokoh Anna yang dapat melihat kehidupan bumi dan cicit buyutnya bernama Nova melalui mimpi aneh. Saat itu, Anna melihat jelas bagaimana bumi berubah drastis di tahun 2082. Nova tidak bisa lagi menikmati keindahan alam karena sudah hilang dan rusak. Kini, Nova hanya bisa melihat keindahan itu hanya melalui video dan foto dokumenter. Manusia kembali menggunakan jasa hewan seperti kuda dan unta untuk alat transportasi. Ini disebabkan persediaan minyak bumi yang sudah langka.

Bagaimana orang-orang harus mengantri panjang di pom bensin untuk mendapatkan bahan bakar kendaraan. Beruang kutub bermigrasi ke hutan karena es mencair di bagian utara. Sedangkan tikus dan hamster yang mati karena tidak tahan dengan suhu panas yang esktrim. Semua itu diakibatkan kerakusan dan eksploitasi yang berlebihan dari generasi sebelumnya. Nova pun marah dan menuntut Anna serta generasi sebelumnya bertanggung jawab dengan kondisi yang dialaminya. Anna yang melihat itu semua akhirnya melakukan berbagai cara untuk dapat menjaga bumi dan mengembalikan kondisinya seperti semula.

Lalu, bagaimana dengan kondisi bumi sekarang? Apakah ramalan fiksi dari Gaarder benar terjadi? Dikutip dari media The Conversation, dari 120 peneliti menyatakan bahwa perubahan iklim memiliki dampak semakin parah bagi kesehatan. Laporan tahunan The Lancet Countdown on Health and Climate Change menyajikan data terbaru tentang dampak kesehatan akibat iklim yang berubah.

Salah satu hasil dari penelitiannya adalah ada 296.000 kematian dini berkaitan dengan panas pada usia lebih dari 65 tahun di 2018. Tidak hanya itu, potensi panen pangan global pun menurun 1,8-5,6% antara tahun 1981 dan 2019. Diperkirakan, 145 juta orang akan berpotensi menghadapi banjir dengan muka air laut global naik satu meter. Jumlah ini akan bertambah menjadi 565 juta orang dengan kenaikan muka air laut 5 meter.

Tidak hanya itu, laporan tahunan ini memasukkan penelitian dari beragam bidang, termasuk sains iklim, geografi, ekonomi dan kesehatan publik. Sejak tahun 2015 dan tahun 2020 menjadi tahun pertama dan kedua suhu bumi paling panas. Kejadian panas ekstrem akan meningkat setiap kawasan di dunia dan berdampak kepada manusia usia lanjut. Terutama yang berada di Jepang, India bagian utara, Cina bagian timur dan Eropa bagian tengah.

Hal ini juga akan menjadi masalah besar bagi mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan tertentu. Juga pekerja di lapangan seperti di sektor pertanian dan konstruksi. Perubahan iklim juga merupakan faktor penting pada kekeringan. Di mana pada tahun 2019 akan terjadi kekeringan dua kali lebih parah di seluruh dunia. Kekeringan ini pun akan berkaitan dengan kesehatan umat manusia. Kekeringan akan berujung kepada berkurangnya suplai air minum, ternak, dan produktivitas pangan, serta kenaikan risiko kebakaran.

Gambaran penelitian akan kondisi bumi di masa datang tentang dampak perubahan iklim, menjadi relate dengan ramalan fiksi yang digambarkan dalam buku Dunia Anna. Sudah seharusnya kita sebagai generasi yang bertanggung jawab akan keberlangsungan hidup ke depannya untuk bertindak. Sudah tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha atau menunggu individu maupun kelompok untuk bergerak lebih lanjut. Tanpa disadari, memberikan kondisi bumi dengan baik untuk generasi mendatang adalah salah satu pemenuhan hak yang diatur dalam konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Bahkan hak yang dilindungi mencakup khalayak umum, seperti hak untuk hidup sehat, hak untuk hidup layak, hak untuk sejahtera, hak untuk mengelola lingkungan dengan adil, hak atas pengelolaan di tanah sendiri, hak untuk tidak melakukan perampasan sumber daya alam berlebihan serta hak untuk mendapatkan keadilan. Ini juga diatur dalam The Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa pengakuan terhadap martabat yang melekat dan hak-hak yang sama tidak dapat dicabut dari manusia karena hak itu adalah fondasi kebebasan, keadilan dan kedamaian di dunia.

Semakin jelas, bahwa sudah saatnya kita dan seluruh stakeholder yang berkaitan, untuk mulai mengimplementasikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusi agar permasalahan lingkungan tidak semakin parah. Mengawal bagaimana setiap kebijakan pemerintahan akan pengelolaan lingkungan untuk tidak mengabaikan hak-hak kemanusiaan didalamnya.

Sebagaimana disebutkan dalam buku “Ecology, Economy, Equity,” yang ditulis oleh peneliti Indonesia, Rita Parmawati, bahwa intergenerational equity sangat perlu dalam mewujudkan pembangunan dan keberlangsungan hidup yang berkelanjutan. Dimana manusia memiliki lingkungan alam dan budaya yang sama baik dengan generasi sekarang dan generasi lainnya, masa lalu dan masa depan. Artinya kita mewarisi bumi dari generasi sebelumnya dan berkewajiban untuk memberikannya dalam kondisi wajar kepada generasi mendatang.

Penulis :

Yael Stefany