Mendorong Peran Perempuan Dalam pengelolaan SDA Melalui Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Tanaman Hortikultura

Paska aturan larangan pembukaan lahan dengan sistem membakar diberlakukan, budaya berladang Suku Dayak perlahan menghilang. Kurangnya pengetahuan masyarakat Dayak dalam mengelola lahan gambut untuk pertanian berdampak pada tingginya ketergantungan pada pupuk kimia. Selain berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan, harga pupuk yg juga semakin mahal menjadi semakin sulit dijangkau petani kecil. Hal tersebut berujung pada merubah kebiasaan masyarakat Dayak yang dulunya memenuhi kebutuhan pangan dari hasil alam dan mengelola lahan menjadi membeli di pasar.

Hasil diskusi kampung yang rutin dilaksanakan Yayasan Betang Borneo Indonesia (YBBI) menjadi ruang bagi perempuan untuk menyampaikan keluhan dan kebutuhannya, termasuk kebutuhan perempuan untuk kembali memenuhi kebutuhan pangan keluarga melalui pengelolaan lahan sendiri.

YBBI yang tergabung dalam program ESTUNGKARA-INKLUSI melalui KEMITRAAN, menyelenggarakan kegiatan “Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Untuk Tanaman Hortikultura”. Pelatihan berlangsung selama dua hari, 21 dan 22 Mei 2023 dan diikuti oleh Kelompok Wanita Tani Desa Simpur, Kelompok Wanita Tani Desa Pilang dan ada juga perwakilan dari Kelompok Wanita Tani Kecamatan Jabitren Raya, masing-masing 7 orang perwakilan (total 21 orang).

Pelatihan yang diselenggarakan tidak hanya fokus pada bagaimana upaya-upaya dalam peningkatan ekonomi, namun juga mendorong pengolahan lahan yang dilakukan mampu meningkatkan kualitas lingkungan melalui model pengolahan lahan yang adaptif dengan kondisi biofisik dan sosial budaya masyarakat. Selain itu, metode belajar yang dibawakan oleh fasilitator cukup efektif dengan kondisi komunitas, sehingga mempermudah perempuan Dayak memahami tentang cara memanfaatkan sumber daya lokal yg melimpah untuk pembuatan kompos dan media tanam di pekarangan dengan budaya “Handep Hapakat”.

Penulis :

Sevana Dewi