LBL Bangun Ruang Aman Bagi Penyandang Disabilitas Lewat Forum Disabilitas

Lembaga Bumi Lestari (LBL) melalui program Estungkara melakukan pendampingan pada kelompok disabilitas lewat ruang aman di Desa Ndapayami, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur. Menjadi seseorang yang memiliki keterbatasan bukanlah menjadi alasan untuk berdiam diri mengutuki nasib dan menjalani hidup tanpa melakukan aktivitas. Berikut sebuah cerita penyandang disabilitas dari Sumba Timur yang tetap berkarya seperti Bapak Tonga Retang, seorang tuna rungu berumur 72 tahun. Ia tinggal dengan istri dan 1 orang anak. Istrinya juga seorang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) ringan.

Istri dari Bapak Tonga Retang dinyatakan ODGJ ringan karena setiap satu bulan sekali mengalami kekambuhan meski tidak menyebabkan keresahan bagi warga sekitar. Sehari-harinya ia bergantung dari suaminya, termasuk untuk makan sekalipun. Seringnya, ia tidak bicara sedikitpun sampai saatnya untuk kembali normal.

Bapak Tonga Retang adalah seorang petani yang sehari-harinya berkebun dan menanam ubi kayu, jagung, petatas, dan padi sawah untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu ia juga memiliki usaha pintal tali dari kulit waru yang ia peroleh di dekat tempat tinggalnya. Hasil penjualan pintal tali ini untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Beliau menjual hasil pintal seharga 10.000/meter. Setiap harinya, Bapak Tonga pergi mengangkat air dengan jarak 1 km dari rumah dengan berjalan kaki. Ia beraktivitas setiap hari tanpa mengeluh ditengah keterbatasannya yang juga kepala keluarga.

Bapak Tonga juga aktif dan tergabung dalam Forum Disabilitas di desanya yang difasilitasi oleh Lembaga Bumi Lestari (LBL). Peran Bapak Tonga Retang dalam forum adalah sebagai anggota. LBL memfasilitasi terbentuknya kelompok disabilitas sebagai ruang aman bagi penyandang disabilitas sejak tahun 2023. Tujuannya agar lewat forum ini, disabilitas tetap berdaya dan mandiri. Serta menjadi bagian dari masyarakat termasuk dalam diskusi pengambilan keputusan.

“Sejak ada forum ini, saya sering dilibatkan dalam pertemuan seperti pertemuan pada saat pertemuan kelompok disabilitas maupun pertemuan di dusun maupun di tingkat desa,” ujar Bapak Tonga saat ditemui Fasilitator Desa Lembaga Bumi Lestari.

Jumlah disabilitas di Desa Ndapayami adalah 24 jiwa, dengan 9 laki-laki dan 15 perempuan. LBL bekerja sama dengan pemerintah desa melakukan pendampingan untuk mengetahui kegiatan disabilitas sekaligus menyusun rencana usaha disabilitas bagi yang masih melakukan aktivitas.

“Kami dari LBL juga berupaya mendorong pemerintah desa untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan disabilitas sekaligus memberikan bantuan bagi yang masih melakukan aktivitas agar terpenuhi kebutuhan mereka agar mengurangi ketergantungan pada orang lain,” ujar Stephanus, Direktur Lembaga Bumi Lestari.

Penulis :

Naomi