Kisah Perempuan Cina Benteng Berdaya Lewat Koperasi

Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas perempuan merupakan hal yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Peran perempuan dalam pembangunan tidak dapat dipandang sebelah mata. Karena merekalah tulang punggung keluarga serta memiliki kontribusi yang besar dalam berbagai sektor kehidupan.

Namun, dalam banyak masyarakat, perempuan masih menghadapi berbagai hambatan dalam mengakses pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan keputusan politik. Oleh karena itu, pemberdayaan dan peningkatan kapasitas perempuan menjadi landasan penting. Agar tercipta kesetaraan gender, meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua.

Upaya yang bisa dilakukan dapat melalui pelatihan, pendidikan, akses terhadap sumber daya, dan dukungan dari berbagai pihak menjadi sangat krusial. Dengan memberdayakan perempuan dan meningkatkan kapasitas mereka, kita tidak hanya memberikan mereka kesempatan untuk berkembang secara pribadi. Tetapi juga membantu membangun masyarakat yang lebih adil, dinamis, dan berkelanjutan secara keseluruhan.

Hal inilah yang menjadi landasan dari Pusat Pengembangan Sumber daya Wanita (PPSW) Jakarta membentuk sebuah lembaga lokal dengan nilai demokrasi bernama Koperasi Wanita Pengembang Sumber daya Wanita (KWPS) Lampion Merah Abadi.

Koperasi ini didirikan di Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, pada 7 Agustus 2022, dengan beranggotakan mayoritas perempuan etnis Tionghoa. Tujuannya, mengubah pandangan masyarakat terhadap peran perempuan dalam pembangunan. Juga memberdayakan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, ekonomi, dan sosial.

Iqbal Yusti Ekoputro selaku Co-Direktur PPSW Jakarta mengatakan, awal mula PPSW Jakarta memilih perempuan cina benteng menjadi anggota koperasi karena melihat tingginya kasus hutang-piutang yang dialami mereka. “Banyak sekali rentenir dan pinjaman yang tidak ramah. Sehingga kami membentuk koperasi ini agar sejalan juga dengan visi misi dengan PPSW Jakarta. Karena saat kita memberdayakan perempuan pasti tidak lepas dari faktor ekonomi,” jelas Iqbal.

Dengan melakukan strategi pendekatan keluarga, PPSW Jakarta komitmen melakukan pendampingan dan kunjungan ke tiap-tiap keluarga perempuan cina benteng. Tujuannya, mendorong mereka terlibat aktif dalam kegiatan pemberdayaan perempuan di desa Belimbing. Diakui Iqbal, tantangan terbesar adalah bagaimana membangun kesadaran kritis akan hak dasar mereka sebagai manusia. “Apalagi memberikan mereka pemahaman bahwa mereka harus pandai membagi waktu nantinya ketika mereka terlibat aktif dengan kegiatan di luar rumah. Karena tidak otomatis tanggung jawab mereka di keluarga menjadi hilang.”

Iqbal menjelaskan bahwa KWPS Lampion Merah Abadi ini tidak hanya sebagai wadah untuk perempuan cina benteng melakukan simpan pinjam uang saja. Koperasi ini juga melakukan beberapa kegiatan kepemimpinan perempuan yang sesuai dengan nilai Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI). “Kami sudah melaksanakan proses peningkatan kapasitas perempuan cina benteng ini dengan berbagai pelatihan. Untuk penguatan kelompok yaitu pelatihan dasar koperasi, pelatihan dasar aminduk dan pembukuan. Sedangkan untuk peningkatan kepemimpinan, perempuan cina benteng diberikan pelatihan kepemimpinan berupa serial diskusi tentang GEDSI.”

Tak lupa juga pelatihan tentang pencegahan perkawinan anak dan kekerasan terhadap perempuan melalui sosialisasi UU Perlindungan Anak, UU TPKS, dan PPRT. Dampaknya pun sangat besar. Iqbal mengutarakan dari pelatihan ini perempuan cina benteng mampu melakukan lobi ke pemerintahan tingkat kabupaten, ke dinas kependudukan dan pencatatan sipil, serta ke dinas perlindungan perempuan dan anak, Kabupaten Tangerang.

“Bahkan di koperasi ini terbentuk forum satgas lampion merah. Jadi satgas ini bertugas untuk pencegahan dan pelaporan jika terjadi kekerasan terhadap perempuan. Mereka akan berkomunikasi dengan dinas perlindungan anak dan perempuan nantinya,” tambah Iqbal.

Dari semua peningkatan anggota koperasi yang didapatkan, terpenting adalah perempuan cina benteng mendapatkan kemudahan akses identitas hukum. Dari data catatan PPSW Jakarta, Iqbal mengakui sebanyak 55 kartu identitas anak berhasil diterbitkan. “Karena dulunya, hampir 99% dari jumlah 217 anak yang ada di desa belimbing, belum mempunyai kartu identitas anak karena kepemilikan identitas ini belum dianggap penting oleh mereka.”

Ketua KWPS Lampion Merah, Chen Fie, seorang ibu rumah tangga yang awalnya hanya berkecimpung di dalam rumah, kini telah menjadi sosok yang berbeda. Kepemimpinannya tidak hanya membawa perubahan dalam dirinya, tetapi juga dalam lingkungan sekitarnya. Melalui peran sebagai ketua, dia telah menemukan kepercayaan diri yang baru, meningkatkan wawasan, dan memperluas pengetahuan tentang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan.

“Kita KWPS lampion merah ini sebagian besar mata pencahariannya sebagai ibu rumah tangga. Tapi ketika masuk koperasi kami bisa menambah pendapatan seperti menjual kue dan buka toko jualan. Kami menjadi maju dan tidak hanya selalu mengandalkan suami. Kami belajar mandiri kalau perempuan itu bisa menghasilkan penghasilan sendiri,” cerita Chen Fie.

Chen Fie bercerita, perempuan cina benteng tidak hanya menjadi berdaya terhadap ekonomi, tetapi juga berdaya secara pandangan dan hak terhadap akses layanan dasar. Melihat masih tingginya kasus perkawinan anak dan kekerasan di dalam rumah tangga di desa Belimbing, membuat anggota koperasi dapat membantu untuk melakukan pencegahan dan pelaporan.

“Saya sendiri menjadi mengerti bagaimana cara mengurus pembuatan akte lahir, kartu keluarga dan kartu identitas anak. Jadi, dapat membantu orang lain juga yang kesulitan mendapatkan akses tersebut,” tambah Chen Fie.

Chen Fie pun mengakui dengan adanya pelatihan dan serial diskusi terutama pada isu perempuan, dirinya menjadi paham bahwa tugas perempuan tidak hanya sekadar dapur, sumur, kasur. Anggota koperasi menyadari bahwa mereka punya hak yang sama dengan laki-laki. Mereka menjadi percaya diri terutama dalam mengutarakan suara mereka di keluarga dan lingkungan sosial. “Bahkan kami sudah mulai ikut terlibat dalam melakukan lobi ke tingkat pemerintahan dan dinas di Tangerang.”

Ke depannya, Chen Fie berharap akan semakin banyak perempuan di desa Belimbing yang terdorong untuk bergabung ke dalam koperasi. Menurutnya, semakin banyak perempuan yang terlibat dalam kelompok maka perempuan akan semakin berdaya dan kuat.

Iqbal juga berharap PPSW Jakarta dan pemerintah desa setempat akan terus terlibat aktif dalam mendukung perjalanan KWPS Lampion Merah. Dengan kolaborasi yang erat, mereka berupaya untuk menghadirkan perubahan positif dalam kehidupan perempuan di Desa Belimbing. “Solidaritas, kebersamaan, dan semangat menjadi nilai penting dalam perjalanan panjang KWPS Lampion Merah ke depannya.”

Pada akhirnya, keberadaan KWPS Lampion Merah bukan hanya sekadar koperasi, tetapi juga simbol perjuangan perempuan dalam meraih hak dan kesetaraan. Dengan terus menguatkan kapasitas dan dukungan, KWPS Lampion Merah akan menjadi wadah yang semakin berdaya bagi perempuan di Desa Belimbing.

Penulis :

Yael Stefany