Upaya Pemberdayaan Suku Anak Dalam Oleh Pundi Sumatra

Pundi Sumatra melalui program ESTUNGKARA telah melakukan upaya pemberdayaan terhadap komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Sarolangun. Meski telah memasuki tahun ketiga pemberdayaan, lokasi di Kabupaten Bungo sebenarnya telah lama mendapatkan pendampingan oleh Pundi Sumatra. Hasilnya, cukup banyak perubahan yang telah dicapai oleh komunitas SAD di Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo.

Komunitas di desa tersebut diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagi lokasi-lokasi pendampingan lainnya. Mengingat pemberdayaan yang telah dilakukan selama hampir sepuluh tahun telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Perubahan tersebut meliputi berkembangnya beragam ekonomi alternatif, terbentuknya beberapa kelompok usaha, serta kemandirian komunitas dalam mengakses layanan dasar secara mandiri. Dukungan dan perhatian dari berbagai pihak juga semakin meningkat, yang tercermin dalam kolaborasi yang lebih kuat dalam pemberdayaan SAD.

Program ESTUNGKARA yang didukung oleh Kemitraan Partnership memberikan kesempatan bagi Pundi Sumatra untuk melakukan inisiasi baru. Contohnya pembentukan posyandu khusus yang difasilitasi bersama Universitas Jambi serta pemerintahan setempat. Inisiatif ini menarik perhatian tim Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) dan tim kesekretariatan INKLUSI, yang melakukan monitoring dan evaluasi (monev) program di wilayah dampingan Pundi Sumatra.

Kunjungan monev berlangsung pada hari Kamis, 18 Juli 2024, di Bappeda Kabupaten Bungo dan Desa Dwi Karya Bakti. Kepala Bappeda Kabupaten Bungo, H. Deddy Irawan, S.E., M.M., menerima tim monev di ruang kerjanya. Dalam pertemuan tersebut, beliau menyampaikan harapan agar program pemberdayaan ini dapat terus berlanjut. Mengingat dampak positif yang telah dirasakan dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas SAD serta mendukung peningkatan indikator kinerja daerah. Khususnya dalam hal jumlah SAD yang berhasil diberdayakan.

Setelah audiensi, pelaksanaan monev dilanjutkan dengan pertemuan bersama pemangku kepentingan (stakeholder) di Ruang Anggrek Bappeda Kabupaten Bungo. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Dr. Auri Adham Putro, S.Sos., M.Si., Kepala Bidang Ekonomi Bappeda. Ada juga beberapa pejabat lainnya, antara lain Iman Budisetiawan, S.Hut., M.A.P. (Sekretaris Bappeda), Dr. Yunardi, S.KM., M.Kes (Perencana Ahli Madya Bappeda), serta Dr. Aminah, S.Sos., M.M. (Perencana Ahli Muda). Monev juga diikuti oleh beberapa Kepala atau Perwakilan OPD dan stakeholder, seperti Quswen Ikmal, S.Pi., M.M. (Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan), Drs. Toto Tohirudin (Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil), Mufazoh, S.Kep., Ners (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan), Henywati, S.IP (Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata), dan Dr. Syafrialdi, S.Pi., M.Si (Universitas Muara Bungo).

Dalam pertemuan ini, beberapa perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mengemukakan pendapat untuk tidak memaksa komunitas SAD menjalani kehidupan modern dan meninggalkan kebudayaan mereka. Sedangkan pendapat sebagian peserta lain berbeda. Bahwa dengan tidak mendampingi dan membantu mereka beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, hal tersebut justru merupakan bentuk pembiaran dan ketidakpedulian. Komunitas SAD saat ini juga tengah mengalami gempuran modernisasi yang, siap atau tidak siap, sudah hadir di tengah-tengah mereka.

“Budaya mereka yang harus kita jaga agar tetap lestari. Oleh karena itu, program-program pemberdayaan harus memastikan agar budaya atau kearifan lokal tidak hilang. Juga harus terintegrasi dengan program pemberdayaan,” ujar Dr. Auri Adham Putro, Kabid Ekonomi Bappeda Bungo. Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama berkelanjutan dengan Pundi Sumatra, terutama untuk menjadikan program ini sebagai inovasi daerah. Para peserta pertemuan juga berharap agar kegiatan pemberdayaan SAD dapat terus dilanjutkan dan diperluas.

Seiring dengan berjalannya program pemberdayaan ini, terlihat jelas bahwa inisiatif yang dilakukan Pundi Sumatra telah memberikan dampak positif bagi komunitas SAD. Salah satu perubahan signifikan adalah terbentuknya kelompok usaha dan ekonomi alternatif yang memberikan penghidupan yang lebih stabil bagi komunitas. Selain itu, komunitas juga menjadi lebih mandiri dalam mengakses layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.

Keberhasilan di Desa Dwi Karya Bakti memberikan harapan baru bagi lokasi-lokasi pendampingan lainnya. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk universitas dan pemerintah setempat, Pundi Sumatra dapat terus mengembangkan dan memperluas program pemberdayaan ini. Posyandu khusus yang dibentuk merupakan langkah awal yang sangat baik, dan diharapkan dapat terus berlanjut dengan program-program inovatif lainnya yang mampu menjawab kebutuhan dan tantangan komunitas SAD.

Ke depan, kerja sama yang erat antara Pundi Sumatra, pemerintah daerah, dan para pemangku kepentingan lainnya sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan program pemberdayaan ini. Dengan dukungan dan komitmen yang kuat, diharapkan komunitas SAD dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa harus kehilangan identitas budaya mereka yang berharga. Program ESTUNGKARA menjadi contoh nyata bagaimana upaya pemberdayaan dapat membawa perubahan positif bagi komunitas adat, sekaligus menjaga kelestarian budaya lokal.

Penulis :

PUNDI SUMATRA