Suarakan Hak Masyarakat Adat Lewat Aksi Kampanye Publik di Puncak 16HAKTP Provinsi Jambi

Tidak ada bangsa yang benar-benar maju tanpa memberikan perlindungan dan pemberdayaan bagi perempuan dan anak-anak. Mereka bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga agen perubahan yang menggerakan roda sosial dan budaya. Di tengah maraknya isu kekerasan dan diskriminasi, memberikan ruang aman serta kesempatan bagi mereka untuk tumbuh dan berdaya bukan lagi pilihan, namun kewajiban bersama untuk masa depan yang inklusif dan berkeadilan.

Pemikiran ini yang melatarbelakangi Pundi Sumatra, KKI Warsi, PeKKa Bungo, dan PERMAMPU (APM) yang merupakan mitra program INKLUSI Poros Jambi mengadakan Kampanye Publik 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKtP) pada Minggu, 08 Desember 2024 di area Car Free Day, Kantor Gubernur Jambi.

Aksi ini tidak hanya menjadi bentuk peringatan, tetapi juga wadah untuk menyuarakan pentingnya penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kegiatan ini melibatkan sejumlah komunitas yang aktif dalam isu pemberdayaan perempuan dan anak, seperti Beranda Perempuan, SEAD Jambi, Girl Up Siginjai, KAMMI Kota Jambi, Lubuk Puan, dan PKBI Jambi. Tak ketinggalan, komunitas Suku Anak Dalam Space dan Sanggar Seni Rasi turut memeriahkan acara dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya dan fashion street dengan produk batik lokal.

Kegiatan yang dibawahi payung INKLUSI (Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif), tersebut sukses menyedot perhatian pengunjung CFD. Kegiatan ini mengangkat tema besar “Gerak Bersama Membangun Zona Aman dan Keberdayaan bagi Perempuan,” dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan berbasis gender.

“Ini bukan hanya kampanye, tetapi juga upaya kolektif untuk menunjukkan bahwa perlindungan perempuan adalah tanggung jawab bersama. Melalui acara ini, kami berharap semakin banyak perempuan yang merasa aman dan berdaya,” ujar Dewi Yunita selaku CEO Pundi Sumatra.

Salah satu momen yang paling menyentuh adalah penampilan seni drama oleh Sanggar Seni Rasi dan pembacaan puisi oleh Juliana, perempuan Suku Anak Dalam, yang menyuarakan harapan akan masa depan tanpa kekerasan.

“Kami ingin perempuan adat tidak hanya dilindungi, tetapi juga diberdayakan untuk terus melestarikan tradisi sekaligus menjadi pilar perubahan,” ucap Juliana usai acara.

Juliana merupakan perempuan adat Suku Anak Dalam yang berhasil mengenyam bangku perguruan tinggi. Ia berhasil menamatkan pendidikan S1 jurusan kehutanan di Universitas Muhamadiyah Jambi pada bulan Desember 2024 ini. Juliana membuktikan bahwa lewat kesempatan yang sama, terutama dalam hal pendidikan, perempuan juga dapat berkarya dan berdaya, bahkan melindungi diri sendiri.

Penulis :

PUNDI SUMATRA