Pagi yang cerah di Dusun Bara, di rumah panggung Ibu Sabariah, seorang kader kesehatan yang gigih dan para perempuan adat Bara telah berkumpul sejak pukul delapan pagi. Mereka sibuk mempersiapkan bahan-bahan makanan, mengolah ikan dan ayam menjadi bubur bergizi.
Kesibukan itu bukanlah semata rutinitas dapur harian, melainkan bagian dari kegiatan sosialisasi kesehatan pada 25 September 2023. Sekitar dua puluh tiga orang masyarakat adat akan bergabung dalam kegiatan sosialisasi kesehatan tersebut. Inisiatif ini dipandu oleh Dewi, fasilitator lapangan Sulawesi Community Foundation (SCF).
“Dalam kegiatan masak-masak kali ini, kita akan memasak makanan bergizi. Ibu-ibu bisa belajar bagaimana membuat makanan bergizi untuk anak-anak taβ nanti,β ujar Dewi.
Kegiatan ini bukan sekadar ajang memasak. Ini adalah bentuk praktik cerdas dalam menyebarkan pemahaman gizi kepada para perempuan adat, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, ibu dari balita, dan anak-anak. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kepercayaan diri masyarakat untuk mengolah dan mengonsumsi hasil olah tanah sendiri.
Wilda, seorang ahli gizi dari Jenewa Madani Indonesia, memimpin sesi tentang gizi dengan menunjukkan keahliannya dalam memasak. Meski dibantu oleh perempuan adat, Wilda menjelaskan pentingnya makanan bergizi dengan apik. “Makanan yang bergizi adalah sumber utama pertumbuhan anak. Tanpa gizi, pertumbuhan lambat dan kesulitan menyerap ilmu baru akan terjadi,β jelas Wilda.
“Pada menu kita hari ini, ada bubur ayam, bubur ikan, dan bubur telur pun ada unsur protein, karbohidrat, dan lemak. Ayam dan ikan memberikan protein. Jika tak ada, telur bisa menggantikannya,β tambahnya.
Setelah perjuangan di dapur, hidangan sehat terhidang. Bubur ayam, bubur ikan, bubur telur, dan puding kentang menjadi santapan yang disuguhkan dengan penuh kehangatan oleh perempuan adat kepada anak-anak mereka.
Ibu Ika, yang memiliki dua anak lelaki, mengapresiasi kegiatan sosialisasi gizi ini. Baginya, pemahaman mengenai makanan bergizi dan cara menyajikannya sangat membantu merencanakan menu sehat di tengah keterbatasan bahan makanan desa. “Kami ternyata bisa mengandalkan buah nangka untuk menjadi bubur nangka. Selama ini kami tidak tahu nangka bisa diolah menjadi bubur, padahal pohonnya tumbuh subur di sekitar rumah,” ungkap Ibu Ika.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, SCF dan Jenewa Madani Indonesia, melalui program Estungkara dari KEMITRAAN, mendorong masyarakat adat untuk mempercayai hasil bumi mereka sendiri sebagai bahan utama pengolahan makanan bergizi. Momentum ini bukan hanya mengenai kegiatan hari ini, tapi juga menciptakan rencana menu bergizi dari hasil bumi masyarakat adat untuk masa depan.