Pundi Sumatra dengan dukungan dari KEMITRAAN memberikan pelatihan yang berfokus pada peningkatan kemampuan komunitas Suku Anak Dalam (SAD). Salah satunya mendirikan Sekolah Lapang di dua lokasi dampingan. Sekolah Lapang (SL) merupakan skema pelatihan yang diberikan untuk meningkatkan keterampilan dan soft skill yang dimiliki oleh komunitas SAD dengan output mampu mengembangkan usaha ekonomi yang sesuai dengan minat mereka.
Dewi, CEO Pundi Sumatra menjelaskan bahwa Sekolah Lapang di dua komunitas memiliki beberapa perbedaan tergantung dengan minat dan potensi lokasi tempat mereka tinggal. “Kita lakukan assessment awal, mereka lebih tertariknya ke usaha ekonomi apa. Dari situ kita fasilitasi pelatihan untuk mereka,” ujar Dewi.
Sebagai contoh, di komunitas Pematang Kejumat, Kabupaten Sarolangun menunjukkan minat dalam kegiatan perbengkelan atau otomotif. “Di sini rata-rata mereka tertarik pada motor. Kita kasih contoh kalau ada SAD yang buka bengkel di daerah lain, mereka tertarik dan mau coba,” tutur Arief selaku fasilitator lapangan Pundi Sumatra.
Hasil dari assessment di atas, Pundi Sumatra pun memberikan fasilitas Sekolah Lapang di bidang perbengkelan kepada mereka. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Kabupaten Merangin pun menjadi tempat para peserta mendapatkan pelatihan dari tenaga pendidik yang ada di sana.
Adapun pelatihan yang mereka dapatkan di antaranya pengenalan setiap komponen kendaraan roda dua, teknik perawatan mesin, serta praktik membongkar dan memasang setiap komponen motor.
Setelah beberapa kali melakukan sesi pelatihan perbengkelan tersebut, Pundi Sumatra memberikan bantuan peralatan perbengkelan kepada komunitas ini. Peralatan yang diberikan mencakup kit perbaikan ban, pompa ban, dan berbagai peralatan pendukung lainnya untuk memberdayakan komunitas dalam pengembangan keterampilan otomotif.
Pemberian bantuan alat tersebut harapannya bisa digunakan oleh SAD untuk memperbaiki sendiri kendaraan yang mereka miliki, sehingga tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk memperbaiki kendaraan di luar.
“Minimal dari pelatihan dan alat yang sudah ada, mereka bisa semakin berlatih secara mandiri di lingkup komunitas saja. Kalau memang sudah pandai, kita akan cari dukungan dari pemerintah untuk memberikan bantuan alat lebih besar lagi,” tutur Dewi.