Salah satu kader desa dampingan Pundi Sumatra, Yoyo, didiagnosa oleh dokter mengidap penyakit tuberkolosis. Yoyo terinfeksi dari almarhum ayahnya yang juga mengidap penyakit yang sama. Dua tahun lebih Yoyo berjuang melawan penyakitnya dengan mengonsumsi obat rutin yang diberikan oleh dokter. Akan tetapi, September lalu, kondisi Yoyo semakin memburuk.
Selain batuk yang tidak kunjung berhenti, Yoyo sempat mengalami demam dan mengeluh sakit di bagian dada. Pengobatan sudah beberapa kali dilakukan ke puskesmas, namun kondisi Yoyo tidak kunjung membaik. Tubuhnya semakin kurus dan lemah karena Yoyo tidak ada nafsu untuk makan.
Pundi Sumatra atas bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Sarolangun, pun membawa Yoyo ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merangin. Ini dilakukan agar Yoyo mendapatkan perawatan yang lebih intensif . Fasilitator pun mengurus administrasi untuk pengobatan Yoyo, hingga akhirnya Yoyo harus menjalani rawat inap selama tiga hari. Pada hari ke-empat Yoyo kembali dibawa pulang ke lokasi pemukiman dan berjanji ke dokter untuk tetap melakukan rawat jalan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan beberapa keluarga terdekat Yoyo juga sudah menunjukkan gejala yang sama. Saat berkoordinasi dengan pihak puskesmas Limbur Tembesi diperoleh informasi, bahwa selama ini pengobatan yang Yoyo lakukan tidak pernah tuntas. Sehingga kondisinya tidak kunjung membaik.
Obat yang seharusnya rutin dikonsumsi, tidak pernah Yoyo lanjutkan. Hingga dirinya menyerah dengan efek samping obat, di mana menimbulkan sakit perut, sakit kepala, dan rasa mual hingga muntah. Pundi Sumatra pun mengajak pihak gereja Yoyo untuk memastikan skema kontrol konsumsi obat. Agar Yoyo bisa tuntas dan segera mendapatkan kesembuhan.
Dari kisah Yoyo, Pundi Sumatra melihat bahwa pemahaman warga Suku Anak Dalam (SAD) tentang penyakit menular ini masih sangat minim. Masyarakat SAD tidak mengerti jika bakteri tuberkolosis dapat menyebar melalui udara.
Pola hidup dan lingkungan yang tidak bersih dan sehat, juga menjadi salah satu faktornya. Pundi Sumatra atas dukungan program Estungkara, bekerja sama dengan PMI Sarolangun dan Puskesmas Limur Tembesi melakukan kegiatan edukasi TBC.
Edukasi ini nantinya dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat adat SAD, tentang penyakit TBC. Juga gejala, cara penularan serta bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan. Tujuannya adalah untuk memastikan pemahaman warga tentang penyakit tuberkolosis semakin meningkat, sekaligus mengurangi stigmatisasi terhadap penyakit ini.