Project Estungkara dari KEMITRAAN Indonesia, membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Bukit Pangkalaeng sebagai bentuk kesatuan perempuan adat di Dusun Tanete Bulu. Mereka kesehariannya mengolah hasil hutan bukan kayu yakni nira, untuk dijadikan sumber kehidupan bagi keluarga mereka. Dari hasil sadapan air nira tersebut, mereka memproduksi menjadi gula semut untuk dijual.
Namun, sejak Oktober hingga Desember, kekeringan panjang terjadi sehingga mengurangi produksi air nira sebagai bahan utama gula semut. Dalam keterbatasan itu, mereka menunjukkan fleksibilitas dengan beralih menyadap getah dari pohon pinus bersama suami mereka.
Di tengah tantangan, muncul sebuah gagasan dari KWT Bukit Pangkaleng untuk melakukan Arisan. 30 perempuan adat Tanete Bulu sepakat untuk menyisihkan uang sebesar 20.000 rupiah setiap anggota sebagai modal awal arisan. Kegiatan ini, tidak hanya menjadi pertemuan rutin, akan tetapi sekaligus menjadi wadah untuk membangun kebersamaan.
Hj. Inna, salah satu perempuan adat Tanete Bulu mengatakan bahwa arisan ini memberikan banyak sekali manfaat. “Kegiatan arisan ini bagus, membantu kami untuk punya waktu berkumpul, dan membicarakan kebutuhan-kebutuhan keluarga,” jelas Hj. Inna. Pernyataan ini merefleksikan esensi dari arisan mereka, bukan hanya sebagai kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai bentuk dukungan sosial dan emosional.
Ketua KWT Bukit Pangkalaeng, Ayu Andira, juga menambahkan bahwa kegiatan arisan ini menjadi momen penting bagi mereka. Dalam forum ini, tidak hanya urusan keuangan yang dibahas, melainkan juga nasib sehari-hari, kebutuhan keluarga, dan impian bersama. “Arisan menjadi pelengkap kehidupan mereka, menyatukan hati dan pikiran,” ujar Ayu.
Lebih dari sekadar pertemuan bulanan, Arisan yang dimulai oleh Kelompok Wanita Tani Bukit Pangkalaeng Dusun Tanete Bulu menjadi Forum Dialog yang membentuk masa depan mereka sebagai masyarakat adat. Dengan Arisan sebagai panggungnya, perempuan adat Tanete Bulu memiliki ruang untuk mengorganisasikan langkah-langkah mereka menuju masa depan yang lebih baik. Inisiatif sederhana ini menjadi tonggak penting dalam membangun solidaritas dan keberlanjutan di tengah tantangan yang dihadapi oleh perempuan adat ini.