Melalui dukungan dari KEMITRAAN, Pundi Sumatra memberikan pelatihan menganyam kepada perempuan adat Suku Anak Dalam (SAD) di desa Pematang Kejumat. Pelatihan tersebut cukup berbeda. Karena menghadirkan kelompok anyaman dari komunitas perempuan adat SAD Desa Dwi Karya Bakti sebagai narasumber. Mereka memberikan pengetahuan kepada kelompok perempuan adat SAD di Desa Pematang Kejumat.
Konsep pelatihan kali ini dilakukan dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Memberikan gambaran kepada perempuan adat SAD Pematang Kejumat tentang beberapa teknik menganyam. Ditambah setiap komunitas memiliki perbedaan teknik dalam mengayam. Seperti teknik awal anyaman dan teknik mengunci anyaman.
Pundi Sumatra pun kembali mengadakan peningkatan kapasitas menganyam di dua kelompok perempuan adat tersebut. Adapun produk yang dilatih adalah membuat gelang tangan dan gelang jilbab. Serta pembuatan tas kecil menggunakan bahan resam–tumbuhan perdu yang tergolong paku-pakuan.
Bahan baku ini biasanya diambil dari hutan dan diolah sendiri oleh komunitas sebelum digunakan sebagai bahan untuk pelatihan. “Resam ini banyak ditemukan di sekitar hutan. Karena seperti lidi, jadi dia mudah dijadikan kerajinan tangan. Seperti gelang, cincin, dan vas bunga,” jelas Arief selaku fasilitator lapangan Pundi Sumatra.
Keesokan harinya, pelatihan menganyam berpindah ke Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo. Kegiatan ini cukup ramai diisi oleh komunitas perempuan adat serta mahasiswa yang ada di lokasi. Pelatihan kali ini fokus dengan penggunaan Pandan Rumbia sebagai bahan baku.
Adapun jenis produk yang dilatih adalah membuat tas kecil dan karung gelamai (dodol). Setiap peserta diberi kesempatan untuk membuat 1 produk anyaman. Namun, dalam sesi ini hanya berhasil menghasilkan 4 jenis anyaman, yaitu 1 tas kecil dan 3 karung gelamai. Untuk diketahui, di desa Dwi Karya Bakti, pandan masih banyak ditemukan dan sering dimanfaatkan oleh perempuan adat SAD untuk membuat anyaman tikar.
“Perempuan adat di sini memang sudah punya keahlian menganyam, tapi paling sering menganyam tikar. Sekarang kita kasih pelatihan menganyam produk yang lain agar lebih variatif,” terang Azim selaku fasilitator lapangan Pundi Sumatra.