Kelompok marginal (perempuan, anak, dan disabilitas), kerap kali dikategorikan sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Yakni, seseorang yang disebabkan oleh suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan yang tidak bisa melakukan fungsi sosialnya. Untuk memutus stigma tersebut, Yayasan Citra Mandiri (YCMM) pun mengadakan pelatihan pengelolaan ekonomi berbasis Sumber Daya Alam (SDA) bagi masyarakat adat Mentawai. Acara ini diselenggarakan di Sanggar UMA Jaraik Sikerei, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan pada 25-27 Oktober 2023.
Pelatihan ini dirancang untuk melatih dan memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada para peserta. Tentang bagaimana melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Salah satunya adalah dengan pekerjaan di bidang produksi berbagai macam kerajinan dari bahan-bahan alam.
Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk mendorong pemahaman peserta tentang pentingnya keberdayaan secara ekonomi bagi perempuan, dan kelompok rentan lainnya. Tujuannya untuk meminimalisasi kesenjangan dengan kelompok masyarakat lainya di lingkungan sosial mereka.
YCMM menilai, masyarakat adat Mentawai sebenarnya telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar memproduksi barang-barang kerajinan. Mereka mampu membuat berbagai barang kebutuhan rumah tangga, peralatan dapur, dan peralatan berburu. Di mana semua bahannya berasal dari alam dan diolah dengan teknik dan peralatan kerja tradisional yang sederhana.
Barang atau produk kerajinan yang dibuat umumnya sebatas memenuhi kebutuhan rumah tangga. Meskipun ada beberapa produk kerajinan yang sudah dipasarkan di tingkat lokal antar warga dusun dan desa. Usaha kerajinan terutama dengan teknik anyaman, dinilai cukup ramah bagi perempuan dan disabilitas. Sebab sebagian besar proses pekerjaan bisa dilakukan di dalam rumah.
Bahan utamanya pun cukup melimpah antara lain bambu, rotan, kayu, daun-daun, dan rumput ilalang. Tak hanya itu, bahan-bahan yang berasal dari dapur, dimana seringkali berakhir menjadi sampah, dikumpulkan dan akan digunakan kembali. Ini tidak hanya mengurangi modal produksi, tetapi juga mengurangi limbah rumah tangga.
Dalam pelatihan ini, fasilitator dan peserta saling berbagi pengetahuan dan pendapat tentang produk-produk kerajinan yang potensial dikembangkan menjadi sumber penghasilan. Dari hasil diskusi, ada banyak produk-produk kerajinan masyarakat adat Mentawai yang memiliki potensi pasar yang luas jika diolah dengan baik.
Dari pelatihan ini, peserta mampu mengidentifikasi jenis produk dan segmen pasar atau konsumen yang dituju. Selama tiga hari, para peserta dipandu oleh Jimmi, pelaku UMKM dari Desa Sioban. Selama ini Jimmi aktif memproduksi benda-benda kerajinan khususnya souvenir khas Mentawai.
Peserta yang hadir terdiri dari 13 orang laki laki dan 15 orang perempuan–tiga diantaranya penyandang disabilitas. Mereka membuat berbagai produk kerajinan berupa anyaman, pahat dan ukiran yang memiliki ciri khas Mentawai untuk menambah nilai jual. Serta teknik penyempurnaan (finishing) produk dengan teknologi sederhana. Selain praktek pembuatan produk kerajinan, pelatihan ini juga mengajarkan tentang strategi pemasaran.
Bapak Ajel, seorang penyandang disabilitas fisik merasa sangat senang dan beruntung bisa mengikuti pelatihan ini. Meskipun dirinya harus menempuh perjalanan selama dua hari untuk sampai ke lokasi acara. Sejak dirinya mengalami amputasi di telapak kaki kanannya akibat racun gigitan ular tahun lalu, ia tidak dapat bekerja di ladang dan hutan seperti biasanya. Kehidupan ekonomi keluarga pun akhirnya diambil alih oleh isterinya.
“Ada banyak ilmu yang diperoleh selama pelatihan yang bisa dikembangkan menjadi sumber penghasilan. Saya mendapatkan ide, keterampilan dan harapan baru untuk menghasilkan uang dengan membuat kerajinan. Juga bisa dikerjakan di rumah tanpa perlu banyak gerakan kaki yang menghambat selama ini,” jelas Bapak Ajel.
Kepala Desa Muntei, Paulus Salakopak dan Sekretaris BPD Nemnem Leleu, Teondorus Tatebburuk, berjanji akan mendukung usaha kerajinan kelompok marginal di desa masing-masing. Salah satunya menyediakan ruang atau rumah promosi di kantor desa dan melakukan pemasaran di sosial media desa untuk promosi.
Dukungan lainnya juga diberikan Yosep Sagari selaku ketua sanggar UMA Jaraik Sikerei. Diirnya akan membantu promosi dan pemasaran produk kerajinan kelompok marginal dari tiga desa secara konvensional maupun digital marketing.