Selasa, 25 Juni 2024, sebuah inisiatif penting dilakukan untuk memperkuat kemandirian ekonomi perempuan di komunitas Cina Benteng. Pelatihan perencanaan bisnis ini diadakan di pendopo rumah Bapak RW 01, Bapak Cuan Hoy. Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta yang merupakan pengurus dan anggota Kelompok Wanita Perempuan Sederhana (KWPS) Lampion Merah Abadi.
Pelatihan ini dipandu oleh Bapak Iqbal Yusti Ekoputro dari PPSW Jakarta. Beliau memulai pelatihan dengan memperkenalkan konsep dasar perencanaan usaha atau business plan. Sebuah bekal minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu yang ingin menjalankan bisnis secara profesional.
Pelatihan ini dirancang untuk membuka wawasan para peserta perempuan Cina Benteng mengenai pentingnya memiliki visi yang jelas dalam menjalankan usaha. Dengan memahami dan merencanakan setiap aspek bisnis secara matang, diharapkan para perempuan pengusaha mikro ini dapat mengembangkan usaha mereka menjadi lebih strategis dan berdaya saing. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa para peserta dapat memahami, membuat, dan menerapkan rencana usaha yang solid dalam kegiatan bisnis mereka sehari-hari.
Di awal sesi, fasilitator menanyakan kepada peserta tentang pemahaman mereka mengenai istilah “usaha” dan “perencanaan.” Menurut Iqbal, dalam konteks ekonomi, usaha atau bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Dengan tujuan utama memperoleh laba usaha (business profit) melalui penyediaan barang dan/atau jasa bagi masyarakat.
Sedangkan perencanaan merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan visi, misi, dan tujuan, serta strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis.
Fasilitator kemudian mengajak peserta untuk mengidentifikasi visi dan misi dari usaha mereka masing-masing. Visi adalah cita-cita masa depan perusahaan yang akan melakukan usaha tersebut. Sementara misi merupakan maksud khas atau unik dan mendasar yang membedakan perusahaan tersebut dari yang lain.
Contoh visi dan misi yang dihasilkan oleh peserta menunjukkan semangat dan tekad yang kuat untuk sukses dalam usaha masing-masing. Selanjutnya, fasilitator memperkenalkan konsep Business Model Canvas, sebuah alat yang membantu para peserta merancang dan memvisualisasikan model bisnis mereka. Dalam model ini, terdapat delapan elemen penting yang harus diperhatikan. Yakni, kerja sama, aktivitas yang dikerjakan, nilai keunggulan, hubungan dengan pelanggan, saluran komunikasi, target pasar, struktur biaya, dan sumber pendapatan.
Dengan memahami dan menerapkan elemen-elemen ini, peserta diharapkan dapat mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif dan efisien. Misalnya, kelompok yang berencana menjalankan usaha kue mengidentifikasi segmen pasar mereka yang mencakup anak-anak, remaja, dan dewasa. Dengan nilai usaha berupa cita rasa yang unik dan berbeda. Mereka juga merancang struktur biaya yang mencakup bahan baku dan biaya operasional. Serta merumuskan aliran pendapatan yang diperoleh dari pemasaran langsung dan penjualan take-away.
Kelompok lain yang berfokus pada produksi keripik tempe, mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki seperti diri sendiri, keluarga, dan karyawan. Serta menetapkan strategi pemasaran melalui penjualan langsung, media sosial, dan dari mulut ke mulut. Dengan perhitungan biaya produksi dan proyeksi pendapatan yang realistis, mereka optimis bahwa usaha mereka dapat tumbuh dan berkembang.
Pelatihan perencanaan bisnis ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis. Tetapi juga memupuk kepercayaan diri para perempuan usaha mikro Cina Benteng untuk berani bermimpi besar dan bertindak nyata. Dengan visi yang jelas, perencanaan yang matang, dan strategi yang tepat, mereka diharapkan mampu menghadapi tantangan dalam dunia bisnis dan meraih kesuksesan yang diimpikan.
Lebih dari sekadar pelatihan, kegiatan ini menjadi langkah awal bagi para peserta untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang kuat. Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan komunitas mereka. Dengan terus mengasah kemampuan dan memperluas jaringan, para perempuan ini siap untuk menjadi penggerak perubahan di lingkungan mereka.