Masyarakat adat di tengah tantangan perubahan iklim mengalami persoalan kompleks. Masyarakat adat memiliki cara hidup yang sangat bergantung pada alam dan lingkungan sekitar. Mereka memiliki pengetahuan tradisional yang telah diwariskan turun-temurun mengenai cara berinteraksi dengan alam. Namun perubahan iklim yang semakin intensif telah mengancam keberlanjutan kehidupan mereka. Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi masyarakat adat adat dari segi pangan, namun juga persoalan sosial seperti kekerasan seksual dan akses layanan publik.
Melihat situasi tersebut, penguatan komunitas penting dilakukan untuk mempersiapkan mereka beradaptasi dengan kondisi yang baru. Proses adaptasi dalam lingkup masyarakat adat perlu menggunakan pendekatan kebudayaan setempat dengan mengintegrasikan pengetahuan tradisional, praktik lokal, dan nilai-nilai budaya. Pendekatan berbasis kebudayaan setempat sering kali menjadi fondasi utama dalam upaya adaptasi mereka.
“Dalam transisi kebudayaan yang tidak menentu, kita perlu menyiapkan komunitas agar siap kejut. Kami meyakini bahwa melalui kebudayaan maka ia menjadi medium yang punya sifat prognosis dan mampu menebak untuk mengurangi risiko/mitigasi sehingga masyarakat nantinya ‘siap kejut’ dengan cara mengidentifikasi dan memahami perubahan hidup yang ada di sekitarnya,” ujar Profesor Laksono, PT. TERAWANG Bersama Komunitas.
Penjelasan Prof. Laksono tersebut menyatakan bahwa masyarakat harus dipersiapkan agar mampu menghadapi perubahan yang terjadi lewat pendekatan nilai-nilai budaya yang diyakini oleh masyarakat adat setempat. Sehingga dengan kata lain, solusi dan rencana aksi yang akan dilakukan dalam proses adaptasi ini, berangkat dari masyarakat sendiri. KEMITRAAN bekerjasama dengan PT. TERAWANG Bersama Komunitas mengembangkan sebuah toolkit bernama SIKAT. SIKAT adalah sebuah toolkit yang membantu mengatasi persoalan sosial sesuai konteks lokal setempat. SIKAT dikembangkan untuk menganalisa dan merumuskan solusi terkait persoalan alam, sosial, ekonomi dan budaya.
Dalam mengembangkan toolkit ini, tim dari PT. TERAWANG melakukan assessment sejak bulan Juli hingga Agustus di sejumlah wilayah program Estungkara, yaitu komunitas adat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, komunitas adat Maros di Sulawesi Selatan, dan komunitas Cina Benteng di Provinsi Banten.
“SIKAT sendiri merupakan toolkit yang berisi sejumlah metode analisa lewat permainan, yaitu kartu kuartet, ular tangga, kalender musim, dan di sesi akhir permainan para peserta akan menyusun rencana aksi mandiri dari hasil Analisa diskusi selama permainan,” terang Profesor Laksono saat ToT SIKAT bagi pendamping komunitas program Estungkara.
SIKAT dikembangkan sebagai alat bantu untuk dapat membantu komunitas dalam menganalisa masalah (krisis) dan merumuskan rencana aksi yang nyata dari komunitas sendiri. Untuk mengimplementasikan toolkit ini, pada bulan Desember diadakan ToT bagi para pendamping komunitas agar dapat membantu pendamping ketika nantinya menggunakan toolkit ini di komunitas.
“Kartu kuartet berisi informasi untuk menggali dan menganalisa kondisi alam, ekonomi, dan sosial budaya, sementara ular tangga membantu untuk menganalisa pasang surut dan pembelajaran komunitas mengatasi persoalan yang terjadi,” tambah Profesor Laksono.
“Ini sangat menarik, karena lebih mudah membantu proses pendampingan, meski bentuknya permainan, tapi dapat membantu menggali informasi dari masyarakat terkait persoalan di komunitas,” ujar Erick, pendamping kmunitas Marapu di Sumba Timur.
Hal senada juga disampaikan oleh Chien Fie dari komunitas Cina Benteng. Beliau membagikan pengalaman saat menggunakan SIKAT toolkit. Menurutnya SIKAT toolkit sangat menarik, terlebih ini adalah pengalaman pertama baginya menggunakan metode pendampingan lewat permainan. Dengan bantuan SIKAT ia bisa berdiskusi sembari bermain sehingga akan sangat mudah menggali informasi dari komunitas terkait persoalan dan solusinya. Dan bagi Suriadi dari masyarakat adat Bara, Kabupaten Maros, SIKAT sangat membantu ketika berdiskusi dengan masyarakat sembari membahas persoalan-persoalan desa.
“Untuk permainan ular tangga, bisa membantu mencari tahu bagaimana caranya menyelesaikan persoalan di desa. Seperti bagaimana mencegah bencana akibat kerusakan lingkungan,” cerita Suriadi.
Pendampingan masyarakat merupakan salah satu kunci utama implementasi sebuah program, terutama dalam konteks pembangunan sosial, ekonomi, atau lingkungan.
“Inti program Estungkara adalah pendampingan komunitas, sehingga penting untuk mendukung pendamping program dalam berinteraksi dengan masyarakat. SIKAT toolkit menjadi medium interaksi dengan komunitas, dalam menggali solusi dari tantangan yang muncul. Sehingga diharapkan solusi ini nantinya datang dari komunitas yang lebih mengenal akar persoalan,” ujar Yasir Sani, Program Manager KEMITRAAN.
Pasalnya pendampingan masyarakat dapat meningkatkan partisipasi aktif anggota komunitas, serta membantu masyarakat dalam proses adaptasi perubahan. Lebih dari itu juga membantu mengidentifikasi masalah dan merumuskan solusi bersama masyarakat.