“Saya dulu ingin sekali bersekolah, tapi tidak bisa karena tidak ada biaya,” ujar Mama Karolina. Hal tersebut yang kemudian melatar belakangi Mama Karolina untuk mendorong anak-anaknya bisa bersekolah tinggi seperti cita-citanya saat kecil.
Mama Karolina tinggal di Desa Mbatakapidu, Sumba timur. Ia dikenal sebagai sosok yang kuat dan inspiratif, memiliki semangat untuk mendorong perempuan mandiri di sekitarnya. Mama Karolina menyadari bahwa banyak perempuan di desanya kesulitan secara ekonomi, meskipun mereka memiliki keterampilan yang luar biasa. Sebagai bendahara Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP), Mama Karolina belajar secara otodidak. Berbekal buku, pena, dan penggaris ia mencatat dengan detail keuangan UBSP. UBSP ini sendiri terbangun sejak 8 tahun lalu, dan masih aktif dengan 16 anggota, dan rutin mengadakan RAT setiap tahunnya.
Mulanya, Mama Karolina dan suaminya mengumpulkan perempuan-perempuan di desanya dan berbagi visinya. Ia mengusulkan untuk membentuk sebuah koperasi yang dapat membantu mereka mengelola usaha bersama. Awalnya, banyak yang ragu, tetapi semangat dan keyakinan Mama Karolina membuat mereka mulai percaya.
Awal mula UBSP terbentuk dikarenakan sempitnya lapangan pekerjaaan yang membuat sebagian warga tidak memiliki penghasilan tidak, sementara kebutuhan termasuk sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari terus meningkat. UBSP ini awalnya beranggotakan lima orang dengan iuran dimulai dari dua ribu hingga sepuluh ribu. Saat ini UBSP telah memiliki dana tabungan sebesar 30 juta rupiah. Yang awalnya hanya ada simpanan pokok saja, saat ini terbagi kedalam beberapa penyimpanan, seperti simpanan anak (untuk pendidikan dan anak sakit), simpanan kematian dan bahkan simpanan pernikahan.
“Dengan adanya koperasi ini perempuan tidak ada pusing lagi untuk memikirkan biaya sekolah dan lainnya, karena biasanya ibu-ibu meminjam untuk biaya sekolah anak,” ujar Mama Karolina.
UBSP ini juga memiliki unit usaha dengan mengumpulkan modal dari hasil penjualan kerajinan tangan seperti anyaman dan makanan tradisional dari para anggota koperasi. Mereka saling mendukung dan berbagi pengetahuan, mulai dari cara pemasaran hingga pengelolaan keuangan. Anyaman dari pandan menjadi salah satu produk yang dihasilkan warga, mereka membuat anyaman untuk tas, tempat sirih pinang, dan kerajinan lainnya.
Kesuksesan koperasi ini tidak hanya membawa dampak ekonomi, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap perempuan. Mama Karolina menjadi teladan, menunjukkan bahwa perempuan bisa mandiri dan berkontribusi lebih dalam komunitas.
Meski demikian, Mama Karolina tidak puas dengan kondisi yang ada saat ini. Ia ingin UBSP yang ia rintis ini bisa semakin berkembang dan mendapat dukungan juga dari pemerintah. Terutama dalam pengelolaan koperasi yang berkelanjutan. Mungkin saat ini buku dan pena masih menjadi andalan, namun ketiga anggota semakin berttambah, penggunaan teknologi juga diperlukan, dan Mama Karolina dan pengurus koperasi lainnya harus tetap belajar dan terus beradaptasi dengan perkembangan jaman.
Semangat dan keuletan Mama Karolina patut menjadi contoh. Ditengah keterbatasan pendidikan, ia tetap belajar dan tak pantang putus asa. Lembaga Bumi Lestari melalui program Estungkara yang saat ini mendampingi UBSP ini sejak 2022 telah membantu dalam penyusunan SOP pengelolaan koperasi dan juga membantu menyusun AD/ART UBSP.
Penulis: Ulvi Monica Aulia _ Pundi Sumatra
(Cerita lapang pada Inklusi Days oleh Kemitraan)