Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi bekerjasama dengan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Merangin menyelenggarakan pelatihan bertemakan ‘Penguatan Isu GEDSI dan Pelatihan Operator DTKS Desa’. Pelatihan ini dilaksanakan di aula kantor desa Rejosari Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin. Pelatihan ini dibuat dalam rangka menguatkan isu Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI). Serta meningkatkan kapasitas operator Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Desa dengan menggunakan Aplikasi Sistem Kesejahteraan Sosial-Next Generation (SIKS-NG),
Kerja sama ini diwujudkan melalui komitmen bersama untuk menciptakan masyarakat yang inklusi dan adil. Khususnya bagi kelompok marginal dalam merasakan manfaat pembangunan di desa. Kegiatan ini dihadiri oleh kepala desa, perangkat desa, dan operator DTKS dari berbagai desa di wilayah Pamenang.
Azrul Affandi, perwakilan dari Dinas Sosial PPPA Merangin, menekankan pentingnya pengetahuan dan pemahaman mendalam dalam mengatasi ketimpangan sosial dan gender. Ia juga menyoroti perlunya partisipasi aktif kelompok marginal. Seperti, perempuan kepala keluarga miskin, kelompok disabilitas, dan kelompok Orang Rimba, dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi. “Kami percaya bahwa dengan memperkuat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang isu-isu GEDSI, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusi di tingkat desa,” ujarnya.
Acara ini menitikberatkan pada pemahaman konsep DTKS dan penerapan aplikasi SIKS-NG yang intensif kepada operator DTKS Desa. DTKS sebagai data induk memegang peranan penting dalam penanganan fakir miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Kepala desa dan operator DTKS Desa menjadi garda terdepan dalam mengidentifikasi keluarga yang membutuhkan bantuan sosial. Termasuk kelompok disabilitas dan Orang Rimba yang rentan secara ekonomi.
Pelatihan ini tidak hanya melibatkan sesi teori, tetapi juga sesi praktis yang dipandu oleh para ahli DTKS dan teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan peserta dalam optimalisasi penggunaan sistem SIKS-NG dalam Pengelolaan DTKS Desa. Muh Jawazi, pembicara DTKS, menekankan peran kunci kepala desa dan operator DTKS dalam mengintegrasikan kelompok perempuan, disabilitas, dan komunitas Orang Rimba ke dalam sistem DTKS.
Pentingnya pemahaman isu GEDSI menjadi relevan dengan konsep DTKS. Hal ini bisa sebagai acuan dalam program perlindungan dan jaminan sosial bagi kelompok miskin dan marginal. Hal ini juga sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Di mana pemerintah diharapkan memberikan kesempatan dan manfaat pembangunan kepada kelompok perempuan dan marginal. “No one left behind, tidak ada satu pun kelompok yang tertinggal,” tegas Haryanto, Project Officer KKI Warsi.
Selain sebagai sarana pembelajaran, acara ini juga menjadi platform untuk pertukaran pengalaman dan ide antara peserta dari berbagai desa. Diskusi dan kolaborasi diharapkan dapat menghasilkan inovasi lokal yang mendukung layanan inklusi. Agar mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di wilayah Pamenang.
Dengan diadakannya pelatihan ini, KKI Warsi berharap bahwa desa-desa di Kabupaten Merangin dapat memperkuat perspektif GEDSI dalam pembangunan desa. Tujuannya adalah mewujudkan pembangunan desa yang lebih inklusi gender dan kelompok marginal. Di mana setiap individu memiliki akses yang sama terhadap layanan sosial dan ekonomi dari pemerintah. Kolaborasi antara berbagai pihak diharapkan dapat menjadi tonggak menuju masyarakat yang lebih adil dan inklusif di tingkat desa.