KKI WARSI bersama komunitas KolaborAksi Tebo menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Kebudayaan bersama para pasangan Calon Bupati Tebo periode 2025-2030 pada tanggal 21 September 2024. Sarasehan ini mengangkat tema “Pemajuan Kebudayaan dan Masyarakat Adat Dalam Kebijakan Pembangunan Yang Inklusif dan Berkelanjutan”. Kegiatan ini diselenggarakan atas dukungan Program Estungkara melalui KEMITRAAN dan Program INKLUSI. Bertempat di Hotel Alya Muara Tebo, turut hadir OPD Tebo, Ormas, OKP, Organisasi Kemahasiswaan, mahasiswa, media, tokoh adat, dan perwakilan Masyarakat Adat Orang Rimba dan Talang Mamak.
Oni Suryono yang biasa disapa Kang Oni selaku Ketua KolaborAKsi Tebo, mengawali dengan menyampaikan sambutannya sebagai ketua panitia penyelenggara. Agenda sarasehan ini diselenggarakan dengan maksud untuk memperkuat diskursus kebudayaan dan masyarakat adat dalam proses pemilukada di Kabupaten Tebo. Dengan harapan para Calon Bupati dapat memberikan perhatian dalam programnya terkait isu-isu kebudayaan dan masyarakat adat di Kabupaten Tebo.
“Forum ini bukan untuk berdebat, tapi lebih untuk menggali gagasan para calon Bupati Tebo tentang isu kebudayaan dan masyarakat adat dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Acara sarasehan ini dibuka langsung oleh Ade Candra selaku pimpinan KKI WARSI. Dalam sambutannya Ade menyampaikan bahwa Kabupaten Tebo masih memiliki PR terkait kebijakan dalam memberikan perlindungan lewat kebijakan bagi warga, terlebih masyarakat adat seperti Orang Rimba dan Talang Mamak yang cukup banyak jumlahnya.
“Kami berharap sarasehan kebudayaan dan masyarakat adat ini menjadi momen untuk jemput gagasan para pasangan calon Bupati di Kabupaten Tebo,” ujar Ade dalam pembukaannya.
Sarashen ini dihadiri oleh Nazar Efendi, calon Wakil Bupati yang berpasangan dengan Agus Rubiyanto selaku calon Bupati. Sementara dari kandidat lainnya turut hadir H. Aspan, calon Bupati. Narasumber lain juga dihadirkan dari tokoh adat di Kabupaten Tebo dan perwakilan KKI WARSI. Pada kesempatan ini, KKI WARSI menyampaikan pengalamannya dalam melakukan pendampingan masyarakat adat Talang Mamak dan Orang Rimba di wilayah Bukit Tiga Puluh.
Haryanto, narasumber dari KKI Warsi menekankan pentingnya keberpihakan pada masyarakat adat dengan mendorong pendekatan inklusi sosial terhadap masyarakat adat untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Pada setiap peringatan upacara 17 Agustus, para pejabat negara selalu menggunakan pakaian adat sebagai identitas kebanggaan bangsa ini. Namun realitanya hanya sekedar mengakui dari atribut masyarakat adat, sementara persoalan penggusuran lahan yang dialami masyarakat adat oleh korporasi, justru pemerintah cenderung abai,” ujar Haryanto, Project Officer KKI WARSI.
“Kita berharap calon pemimpin di Kabupaten Tebo dapat mengembangkan visi dan misi yang sejalan dengan aspirasi masyarakat dan dapat merumuskan strategi yang mendukung penguatan budaya lokal, serta pelibatan masyarakat adat dalam pembangunan yang inklusif di Kabupaten Tebo,” lanjut Haryanto.
Kabupaten Tebo, memiliki kekayaan budaya lokal dan warisan masyarakat adat yang berpotensi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Namun dalam praktiknya masih minim perlindungan bagi masyarakat adat.
“Masyarakat adat, sejatinya harus dilibatkan sebagai subjek dalam proses-proses pembangunan karena dengan kearifan tradisionalnya mereka hidup dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan dan sosialnya,” katanya.
Menurutnya, kebijakan pembangunan di Kabupaten Tebo harus lebih inklusif dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kearifan lokal. Hal ini penting dilakukan mengingat kabupaten Tebo adalah salah satu konsentrasi masyarakat adat marginal, yaitu Orang Rimba dan Talang Mamak. Kedua suku ini menjadi bagian dari masyarakat Tebo. Namun mereka belum sepenuhnya mendapatkan ruang hidup yang semestinya. Hal ini dikarenakan suku ini sebelumnya dikenal sebagai masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada hutan. Namun kini mereka tidak lagi bisa menjalankan kehidupannya yang bergantung pada hutan karena terjadi perubahan alih fungsi hutan lewat sejumlah pembangunan. Untuk itu penting adanya jangkauan pembangunan yang menyentuh kehidupan masyarakat adat ini, serta kebijakan untuk melindungi ruang hidup mereka.
Marizal, perwakilan tokoh adat yang hadir juga menyampaikan pendapatnya. Menurutnya pelestarian adat dan kebudayaan adalah tugas bersama. Perlu adanya kebijakan dalam pelestarian budaya dan alam.
“Saat ini tidak bisa dipungkiri kerusakan alam telah mulai terjadi, sehingga sumber daya alam yang dulunya melimpah kini semakin tipis. Contohnya ikan, kini populasinya jauh menurun karena rusaknya ekosistem sungai. Kami berharap, siapapun yang terpilih nanti bisa menyelaraskan alam, meskipun hanya 70 persen saja,” harap Masrizal.
Nazar Effendi, calon wakil Bupati dari pasangan Agus-Nazar menyampaikan bahwa pembangunan inklusi dan pelibatan seluruh elemen masyarakat menjadi visi pembangunan Kabupaten Tebo ke depan.
“Pembangunan inklusif menjadi misi kita sebagai upaya untuk memastikan pembangunan tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi tapi juga memperhatikan bagaimana nilai kebudayaan juga ikut tumbuh, termasuk masyarakat adat yang memiliki pengetahuan tradisional terhadap kearifan lokal. Sekaligus hal ini menjadi benteng terakhir menjaga keseimbangan lingkungan. Tidak sebatas lingkungan, namun semua aspek wajib menjadi perhatian. Jangan tebang pilih,” ungkap Nazar menanggapi.
Nazar turut menyoroti empat aspek yang harus dilakukan untuk penguatan kebudayaan dan masyarakat adat. Pertama, perlu adanya pengakuan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat adat. Kedua, pendidikan berbasis budaya harus diperkuat dengan memasukkan materi tentang kebudayaan daerah dan bahasa lokal dalam kurikulum sekolah. Ketiga, program-program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat adat harus diperbanyak untuk meningkatkan kesejahteraan mereka tanpa merusak budaya yang ada. Keempat, promosi dan pelestarian budaya melalui festival, pameran, dan media sosial dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang pentingnya kebudayaan dan masyarakat adat.
Sementara kandidat lain, Aspan dari pasangan Aspan-Wartono, menyebutkan bahwa pembangunan inklusi telah menjadi perhatiannya, bahkan sejak menjadi PJ. Bupati Tebo. Dalam diskusi ini, Aspan mengaku siap menampung hasil diskusi untuk penyempurnaan visi misinya.