HIMAS 2024, Momentum Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS), yang diperingati setiap tanggal 9 Agustus, bukan sekadar sebuah perayaan tahunan. Ini adalah tonggak penting yang menandai perjuangan panjang masyarakat adat dalam mempertahankan hak-hak mereka. Juga melindungi ruang hidup yang telah diwariskan secara turun-temurun. Di Indonesia, perjuangan ini sangat relevan. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adat dalam mempertahankan identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi yang semakin kuat.

Masyarakat adat di Indonesia sering kali menghadapi permasalahan serupa. Seperti kurangnya perlindungan terhadap hak-hak mereka. Serta ancaman terhadap kelestarian adat dan budaya yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya perlindungan masyarakat adat, Pundi Sumatra, KKI WARSI, dan SEAD Jambi berkolaborasi menggelar aksi Kampanye dan Diskusi Publik dalam rangka perayaan HIMAS 2024 dengan tema “Solidaritas Kita Semua untuk Masyarakat Adat”.

Kolaborasi ini didukung oleh Kemitraan Partnership. Menjadi salah satu upaya penting yang dilakukan oleh organisasi CSO lokal, bersama dengan pemerintah, untuk memberikan ruang bagi masyarakat, khususnya di Jambi. Momen ini juga dipakai untuk berdialog langsung dengan perwakilan masyarakat adat. Salah satunya masyarakat Suku Talang Mamak dan Suku Anak Dalam (Orang Rimba) Jambi. Acara ini diadakan di sekitar Aula Pendopo Kantor Gubernur Jambi, Minggu, 11 Agustus 2024. Acara ini juga bertepatan dengan momen Car Free Day, yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam perayaan ini.

Robert Aritonang, selaku Manager Program KKI WARSI, dalam sambutannya menegaskan bahwa masyarakat adat adalah garda terdepan dalam menjaga lingkungan. “Mereka hidup sangat dekat dengan alam, segala pengetahuan tentang alam ada dalam praktik hidup mereka. Perayaan ini menjadi momentum untuk memperkuat suara mereka dalam mempertahankan tanah, hutan, dan tradisi mereka,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan betapa pentingnya peran masyarakat adat dalam upaya pelestarian lingkungan. Di mana kini semakin terancam oleh ekspansi industri dan perubahan iklim.

Salah satu daya tarik utama dalam perayaan HIMAS ini adalah adanya bazaar produk kerajinan komunitas adat yang dipajang di sudung. Sudung, merupakan rumah sederhana yang dibangun menggunakan kayu hutan, bambu, dan atap dari daun kelapa atau rumbai. Menjadi simbol kearifan lokal dan keakraban masyarakat adat dengan lingkungan alam mereka. Produk-produk yang dipamerkan, ada madu hutan, anyaman rotan, piring lidi sawit, tikar anyaman, ambung, dan lukah. Tidak hanya memiliki nilai estetika tetapi juga mengandung filosofi yang mendalam tentang hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Selain itu, pengunjung juga disuguhkan dengan pameran foto mini yang menampilkan potret kehidupan sehari-hari komunitas adat dampingan Pundi Sumatra, KKI WARSI, dan SEAD Jambi. Pameran ini menarik perhatian banyak orang yang ingin melihat lebih dekat sisi kehidupan dan kemanusiaan dari SAD maupun Talang Mamak. Setiap foto yang dipajang tidak hanya menceritakan kisah hidup. Tetapi juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh komunitas ini dalam menjaga kelangsungan hidup mereka di tengah berbagai tekanan eksternal.

Sebagai puncak dari perayaan, digelar diskusi panel yang melibatkan berbagai pihak. Termasuk perwakilan dari Pundi Sumatra, KKI WARSI, SEAD Jambi, Sentra Alyatama Jambi, serta perwakilan dari Suku Anak Dalam dan Talang Mamak. Diskusi ini membahas berbagai pengalaman dan tantangan yang dihadapi dalam pemberdayaan komunitas adat. Serta bagaimana sinergi antara pemerintah, CSO, dan masyarakat dapat menjadi kunci dalam upaya pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Perayaan HIMAS 2024 ditutup dengan penampilan hiburan dari musisi Ismet, yang membawakan lagu tentang kekhawatiran akan alam dan ruang hidup Orang Rimba yang semakin menyempit. Lagu ini menjadi penutup yang penuh makna. Mengingatkan untuk melindungi alam dan hak-hak mereka masih jauh dari selesai, dan memerlukan dukungan serta solidaritas dari berbagai pihak.

Penulis :

PUNDI SUMATRA