Harapan di Bawah Langit: Perjuangan Andi untuk Masa Depan

“Tuhan, kasikka motor, mauka menikah.” Begitulah Andi, seorang pemuda kecil berotot, berbisik kepada bintang jatuh di tengah malam sunyi. Meski berbisik, harapannya terdengar jelas di hati kecilnya. Andi bukanlah pemuda yang memiliki banyak, tetapi impiannya begitu besar. Di desanya, memiliki motor adalah salah satu syarat untuk masuk dalam kriteria pemuda keren di mata para gadis desa. Namun, Andi sudah terlanjur jatuh cinta dan ingin melamar gadis idamannya. Tetapi bagaimana caranya?.

Setelah lulus dari bangku SMP, Andi berjuang melanjutkan sekolah, namun biaya yang dimilikinya sangat terbatas. Akibatnya, ia hanya mampu menyelesaikan hingga kelas satu SMA. Andi pun melanjutkan hidup dengan melamar pekerjaan di kota Makassar. Berhasil menjadi kuli bangunan, pekerjaan itu tidak membuatnya betah. Ia memutuskan kembali ke desa untuk melaksanakan pekerjaan yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.

Di Dusun Bara, para petani berjuang keras menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin. Satu alasan: agar tidak menjadi petani seperti mereka. Namun, Andi tidak memiliki pilihan lain. Ia menjadi petani dengan mengelola lahan seluas satu hektar milik keluarganya. Setelah beberapa kali lolos dari serangan monyet dan hama lainnya, Andi berhasil merawat jagungnya dan menuai hasilnya. Sebagian besar penghasilannya digunakan untuk membeli pupuk, dan sedikitnya menjadi tabungan untuk membeli motor.

Harapan Andi untuk membeli motor terus tumbuh, tetapi tantangan semakin berat. Dampak perubahan iklim mengakibatkan hasil jagung miliknya semakin berkurang. Tanahnya tidak lagi subur, pupuk menjadi langka dan harganya meningkat. Tabungan Andi untuk membeli motor tidak pernah bertambah lagi. Para petani lain di desa pun mengalami nasib yang sama; biaya penanaman jagung terus membengkak, tetapi hasil yang diperoleh semakin sedikit. Pada akhirnya, Andi hanya bisa menyerahkan mimpinya kepada bintang jatuh.

Sejak bulan Maret, program Estungkara-SCF melaksanakan proses identifikasi calon peserta sekolah lapang dengan kriteria yang jelas: petani inovatif, konsisten, dan inklusif. Kriteria ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang inklusif dan berkelanjutan. Terpilihlah dua puluh petani dari desa Bonto Somba. Andi menjadi salah satu dari lima peserta sekolah lapang yang berasal dari Dusun Bara. Meskipun Sekolah Lapang bukan tempat untuk meminang jodoh, program ini berupaya menjawab tantangan para petani untuk beradaptasi dengan kehidupannya di tengah-tengah perubahan iklim. Sekolah lapang yang terbentuk dari inisiatif gotong royong ini berupaya mengubah kebiasaan para petani dalam menggunakan bahan kimiawi ke bahan organik melalui sistem tanam Agrosilvopastura.

Agrosilvopastura adalah model yang membaurkan hasil hutan, peternakan, dan pertanian ke satu lahan tanam. Agrosilvopastura yang diajarkan di dalam Sekolah Lapang memiliki denyut edukasi bergaya gotong royong. Para petani yang tergabung sebagai peserta, bersama-sama menerapkan proses Agrosilvopastura ke lahan demplot jagung untuk menghasilkan benih jagung mandiri yang tahan iklim.
“Sebelum bergabung ke dalam Sekolah Lapang dan mempelajari sistem tanam Agrosilvopastura, saya mengeluarkan banyak biaya untuk membeli pupuk dan benih,” kata Andi. “Apa-apa dibeli, belum lagi kalau hasilnya sedikit, bisa-bisa kita berutang terus,” lanjutnya.

Andi sangat antusias mengikuti Sekolah Lapang. Menurutnya, program ini memberinya kesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya tentang tanah dan apa yang tumbuh darinya. Walaupun Andi masih menggantungkan harapannya pada bintang jatuh, ia sangat yakin bahwa satu-satunya jalan untuk bermimpi tentang memiliki motor dan juga harapan meminang sang kekasih adalah dengan terus belajar.

Harapan Andi untuk memiliki motor dan menikahi gadis pujaannya mungkin terlihat sederhana. Tetapi perjuangan dan dedikasi yang ia tunjukkan dalam menghadapi tantangan hidup adalah cerminan dari semangat juang yang tak kenal lelah. Dengan pengetahuan baru dari Sekolah Lapang, Andi berharap bisa meningkatkan hasil pertaniannya dan akhirnya mewujudkan impian-impian kecilnya yang besar maknanya.

Penulis :

Ma'ruf Nurhalis