Dukung Ekonomi Keluarga Berkat Keripik Ubi Talas ala Komunitas Dayak Ngaju

Di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, kehidupan penduduknya erat kaitannya dengan tradisi dan kearifan lokal Masyarakat Adat Dayak Ngaju. Desa ini dikelilingi oleh hutan yang kaya akan sumber daya alam, memberikan kehidupan bagi warga yang menggantungkan hidup pada pertanian, perikanan, dan hasil hutan. Masyarakat Dayak Ngaju dikenal dengan nilai-nilai gotong royong dan saling membantu, yang terlihat jelas dalam kegiatan sehari-hari. Tradisi tersebut bukan hanya membentuk cara pandang mereka terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi landasan bagi kehidupan sosial dan ekonomi mereka.

Dalam upaya memberdayakan perempuan adat setempat, Yayasan Betang Borneo Indonesia (YBBI) telah menyelenggarakan program pelatihan kewirausahaan yang diikuti oleh 30 peserta dari berbagai kelompok perempuan, termasuk anggota KWT. Materi yang diajarkan mencakup pengelolaan sumber daya alam, pemasaran produk, hingga manajemen usaha. Melalui sesi praktik dan diskusi, peserta diberikan pengetahuan yang relevan untuk mengembangkan usaha mereka.

Mariana, salah seorang peserta pelatihan menyatakan antusiasmenya mengikuti kegiatan ini. Pasalnya pelatihan ini membuka pengalaman baru.

“Kami belajar banyak tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal secara efektif,” ujar Mariana.

Mariana memulai usaha keripik ubi talas. Proses produksi dimulai dengan pemilihan bahan baku terbaik dari ladang sekitar. Ubi talas dicuci bersih sebelum dipotong tipis menggunakan alat pemotong manual. Selanjutnya, potongan ubi direndam dalam air garam untuk menghilangkan rasa pahit, kemudian digoreng dalam minyak panas hingga renyah. Untuk keripik pisang, ia menggunakan pisang kepok yang matang. Teknik pengeringan dan penggorengan pun diterapkan untuk mendapatkan keripik yang renyah.

Mariana melakukan eksperimen rasa, memadukan bumbu-bumbu lokal untuk menciptakan variasi rasa. Saat ini, produknya sudah memiliki varian rasa balado, keju, dan bawang, yang semuanya mendapat respons positif dari konsumen.

Setelah memiliki produk andalan, pemasaran menjadi langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Ia memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk memperkenalkan produk keripiknya.

“Saya sering membagikan foto dan testimoni pelanggan di media sosial, dan itu membantu meningkatkan penjualan,” kata Mariana.

Selain itu, ia juga menitipkan produk di warung-warung pinggir jalan dan pasar lokal, menjangkau pelanggan dengan lebih luas. Keripik ubi talas dan pisang Mariana dapat ditemukan di beberapa titik distribusi, termasuk warung-warung di sepanjang jalan Trans Kalimantan dan pasar lokal di desa. Dalam sebulan, Mariana mampu menjual hingga 100 bungkus keripik, dan respons pasar terhadap variasi rasa sangat positif, dengan banyak pelanggan yang kembali untuk membeli.

Dampak Ekonomi dan Dukungan Komunitas

Sejak memulai usaha ini, pendapatan keluarga Mariana meningkat secara signifikan, dan memberikan kontribusi pada biaya pendidikan anak-anaknya. Penghasilan tambahan dari penjualan keripik mencapai 1 juta rupiah per bulan, yang sebelumnya tidak pernah ia raih.

Lebih dari itu, usaha Mariana memberikan dampak ekonomi positif bagi anggota KWT lainnya. Mereka terlibat dalam proses produksi dan pemasaran, menciptakan peluang kerja dan meningkatkan pendapatan mereka secara kolektif.

Dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga non-profit seperti YBBI sangat penting dalam mengembangkan usaha berbasis pangan lokal di desa ini. Program-program pemberdayaan perempuan dan kelompok marginal terus diperluas, mencakup pelatihan keterampilan, akses modal, serta program pengembangan usaha yang berkelanjutan.

Dengan ketekunan dan kreativitasnya, Mariana tidak hanya berhasil mengubah kehidupannya, tetapi juga menginspirasi perempuan lain di Desa Pilang untuk berani berwirausaha. Dalam semangat kearifan lokal Dayak Ngaju, ia membuktikan bahwa potensi desa dan dukungan komunitas dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.

Penulis :

YBBI