Nama lengkapnya Cecep Sanusi, seorang pemuda berusia 23 tahun yang memilih jalan hidup berbeda dari kebanyakan lulusan perguruan tinggi. Di saat banyak anak muda meninggalkan kampung halaman demi karier di kota besar, Cecep justru kembali ke akar budaya dan tradisi. Ia mendedikasikan hidupnya untuk memperkuat komunitas adat di kampung halamannya, membuktikan bahwa kemajuan dan tradisi bisa berjalan beriringan.
Cecep lahir di pelosok kampung di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, tepatnya di Kampung Cirompang. Kampung ini merupakan salah satu komunitas masyarakat adat yang terletak di sebelah barat Pegunungan Kendeng, yang menurut kepercayaan orang Kasepuhan merupakan tulang punggung Pulau Jawa.
Masyarakat Kasepuhan dikenal teguh memegang tradisi leluhur, terutama dalam hal pengelolaan alam. Mereka hidup dan menetap di kawasan ekosistem Halimun-Salak.
Sebagai bagian dari masyarakat adat, kehidupan di Kampung Cirompang berfokus pada pertanian. Warga kampung, termasuk keluarga Cecep, mengandalkan bercocok tanam di sawah dan berkebun sayur-sayuran serta buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Filosofi hidup sederhana dan bersyukur atas rejeki yang diterima, “Saeutik mahi loba nyesa” yang berarti “sedikit harus cukup banyak harus bersisa,” menjadi pedoman hidup mereka.
Cecep menempuh pendidikan tinggi di Bandung. Selama kuliah, ia sering bolak-balik antara Bandung dan Cirompang, memungkinkan dirinya untuk tetap terlibat dalam kegiatan-kegiatan di kampung. Ia mengikuti Program Estungkara melalui RMI yang aktif melakukan pendampingan kepada anak muda di Kasepuhan. Berbagai kegiatan pendampingan dan pelatihan ia ikuti hingga akhirnya ia menjadi salah satu kader menonjol di Forum KAWAL, sebuah wadah solidaritas pemuda dan perempuan di Kasepuhan.
Setelah lulus sebagai sarjana, Cecep memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Dengan pengetahuan yang diperolehnya selama kuliah, ia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan bersama anak muda di Kasepuhan Cirompang. Ia menginisiasi berbagai program, mulai dari pendidikan kontekstual seperti Taman Baca berbasis adat, hingga pendidikan adat untuk anak muda dengan kegiatan yang dinamakan “Cangkir” atau Kisancang Berpikir, yang kegiatannya melibatkan tokoh adat dalam menyampaikan tradisi dan ajaran leluhur.
Cecep prihatin dengan kondisi anak muda di Kasepuhan yang mulai menjauh dari nilai-nilai adat karena pengaruh modernisasi. Banyak anak muda yang tergiur dengan kehidupan kota yang gemerlap, sehingga memilih untuk meninggalkan kampung. Hal ini mengancam keberlangsungan budaya dan tradisi yang telah diwariskan leluhur.
Dengan latar belakang dan tekad yang kuat, Cecep memutuskan untuk tetap tinggal di kampung dan berkontribusi pada komunitasnya. Baginya, ekonomi bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Kebahagiaan dan kedamaian batin adalah aspek penting yang harus dijaga. Ia berharap generasi muda Kasepuhan dapat menemukan keseimbangan antara mengikuti perkembangan zaman dan mempertahankan nilai-nilai adat.
Cecep bersama komunitasnya melakukan pendokumentasian pengetahuan lokal Kasepuhan Cirompang. Ia berhasil menyatukan anak muda dari berbagai kampung sekitar Cirompang melalui komunitas pemuda yang dinamakan Kisancang. Melalui kegiatan berbasis adat dan pendidikan kontekstual, Cecep yakin bahwa kesejahteraan lahir batin dapat tercapai, menciptakan masyarakat Kasepuhan yang harmonis dan berdaya, tanpa harus meninggalkan kampung halaman.
Cecep berharap ke depan, anak muda di Kasepuhan dapat menemukan keseimbangan antara mengikuti perkembangan zaman dan tetap mempertahankan nilai-nilai adat. Ia juga berharap agar generasi muda tidak melupakan akar budaya dan tradisi yang telah membentuk identitas mereka. Dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis adat dan pendidikan kontekstual, Cecep yakin bahwa kesejahteraan lahir batin dapat tercapai, menciptakan masyarakat Kasepuhan yang harmonis dan berdaya.
Cecep Sanusi adalah contoh nyata dari anak muda yang memiliki tekad kuat untuk menjaga dan mengembangkan budaya serta tradisi leluhur. Dengan pengabdiannya, ia telah membawa harapan baru bagi Kampung Cirompang dan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk tetap menjaga warisan budaya mereka. Melalui upaya dan dedikasinya, Cecep menunjukkan bahwa kemajuan dan tradisi bisa berjalan beriringan, menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berbudaya.