PEREMPUAN AMAN sejak 2022 lewat program Estungkara melakukan pendampingan kepada masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo yang terdampak pembangunan Waduk Lambo. Salah satu fokus pendampingan yang dilakukan adalah lewat ekonomi. PA mengadakan kegiatan bertajuk Bengkel Pemulihan Kemandirian Ekonomi Rumah Tangga paska relokasi di Pondok Bina Olangari Ende pada tanggal 27 – 28 September 2024. Kegiatan dihadiri oleh 18 Perempuan Adat dari tiga komunitas, yakni Komunitas Rendu, Ndora dan Wologai. Adapun fasilitator dalam kegiatan ini adalah Dian Yanuardi dan Sisilia Wunu dari PEREMPUAN AMAN.
Kegiatan Bengkel Pemulihan Kemandirian Ekonomi Rumah Tangga paska relokasi dilatarbelakangi dari survei yang dilakukan PEREMPUAN AMAN pada tahun 2023. Hasil survei ini menunjukkan sebanyak 48% dari masyarakat secara keseluruhan memiliki lahan tersisa. Atau dengan kata lain jumlah tersebut adalah masyarakat yang tidak terdampak dari Pembangunan Waduk Lambo, dengan luasan berkisar 1000–51.249m2.
Hal ini tentu menunjukan bahwa sebagian besar Perempuan Adat akan kehilangan tanah sebagai sumber penghidupannya. Bukan hanya itu Perempuan Adat juga akan kehilangan pengetahuannya seperti bertani, beternak, menenun dan menyanyam yang dipraktikan untuk memenuhi kebutuhan harian seperti biaya Pendidikan, biaya kesehatan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Aset masa depan dan tanam tumbuh di dalamnya yang menjadi sumber utama pendapatan dan simpanan masa depan hilang digerus rapih oleh bantalan waduk.
“Hanya tahun ini saja kami bisa memetik mete, kemiri, padi, jagung dan pisang di kebun ini,” ungkap mama Melda dengan mata sendu sambil memungut mete di kebunnya yang tidak jauh dari titik nol Waduk Lambo.
Demikian juga kebutuhan ekonomi rumah tangga yang hanya diambil dari pekarangan atau kebun secara gratis akan lenyap tertimbun genangan air berskala besar.
“Kami tidak berharap banyak dari uang ganti rugi, sebanyak apapun uang yang kami terima akan habis dalam waktu yang singkat karena kedepannya semua harus beli. Lombok, Tomat, Terung, Kacang, sayur-sayuran, kelapa dan ubi-ubi yang kami ambil gratis dari pekarangan ini kedepan kami harus pake beli semua,” kata mama Bibiana.
Situasi ini tentu sangat meresahkan Perempuan Adat, terutama Perempuan Adat dengan label Perempuan Kepala Keluarga. Karena itu PEREMPUAN AMAN lewat pelatihan ini berupaya mendorong penguatan kapasitas kepada Perempuan Adat Rendu dan Ndora dibidang ekonomi agar mereka tetap dapat mandiri paska konflik.
Kegiatan Bengkel Pemulihan Kemandirian Ekonomi Rumah Tangga Paska Relokasi bertujuan untuk memberikan kesadaran kritis kepada Perempuan Adat mengenai pentingnya melakukan perubahan.
“Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari kebiasaan selama ini yakni memanfaatkan lahan yang semakin sempit, memanfaatkan waktu luang, memanfaatkan segenap potensi sumber-sumber agraria dan keterampilan individu serta kolektif untuk memulihkan rumah tangga pasca-relokasi. Selain itu kesadaran mengenai penggunaan uang kompensasi secara produktif,” terang Sisilia yang menjadi co-fasilitator dalam kegiatan.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini melibatkan partisipasi peserta secara aktif terhadap materi-materi yang diberikan. Materi yang dimaksud antara lain gerakan Perempuan Adat untuk membangun kemandirian ekonomi komunitas; dialog untuk membangun masa depan pemulihan kemandirian ekonomi Perempuan Adat; perencanaan ulang potensi ekonomi Perempuan Adat paska relokasi dan mengenal model perencanaan usaha yang berbasiskan sumber daya, pengetahuan dan keterampilan Perempuan Adat.
Di akhir kegiatan mama Mince sebagai Dewan Nasional PEREMPUAN AMAN Region Bali Nusra mengajak semua Perempuan Adat di Ndora dan Rendu untuk mempersiapkan diri memanfaatkan lahan yang kian sempit, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk keberlanjutan hidup.