Belajar Inklusi Sosial di Kelompok Perempuan Dayak Ngaju Dalam Pengambilan Keputusan

Yayasan Bentang Borneo Indonesia lewat program Estungkara yang fokus mempromosikan inklusi sosial di masyarakat adat, kembali memfasilitasi diskusi kampung di Desa Pilang yang diikuti sejumlah komunitas adat Dayak Ngaju. Kegiatan ini penting sebagai ruang untuk memperkuat peran perempuan dalam pengambilan keputusan. Kegiatan ini berfokus pada dua agenda utama. Pertama, membahas usulan untuk Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes), dan kedua mengadakan praktik bersama dalam pembuatan pupuk organik. Forum ini memberikan ruang bagi perempuan dalam komunitas adat Dayak Ngaju untuk menyampaikan pendapat mereka mengenai rencana pembangunan desa sekaligus meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan sumber daya lokal.

Forum ini menjadi ruang bagi penguatan kelompok perempuan untuk mendorong keterlibatan aktif mereka dalam pengambilan keputusan. Diskusi tidak hanya menjadi sarana bagi perempuan untuk menyampaikan aspirasi, tetapi juga memperkuat jaringan sosial dan solidaritas di antara mereka.

“Dengan meningkatkan kapasitas perempuan dalam pengelolaan sumber daya lokal, masyarakat dapat merumuskan solusi yang lebih holistik dan adil,” ujar Sevana Program Manager YBBI.

Kegiatan Diskusi Kampung dilakukan melalui serangkaian sesi diskusi dan pelatihan praktis. Dalam sesi ini, kelompok perempuan akan terlibat dalam diskusi mendalam tentang RKPDes serta mempraktikkan pembuatan pupuk organik yang berkelanjutan. Ini adalah tindak lanjut dari pelatihan pengelolaan lahan pekarangan yang sebelumnya telah dilaksanakan. Selain itu, forum ini juga berfungsi sebagai wadah advokasi, di mana perempuan dapat bersama-sama memperjuangkan hak-hak mereka serta isu-isu penting seperti pendidikan dan kesehatan.

Hasil dari diskusi mengenai persiapan RKPDes menunjukkan sejumlah poin penting. Tim RKPDes telah dibentuk, dipimpin oleh Sekretaris Desa sebagai Ketua, dengan Puput Damayanti sebagai Sekretaris dan Ibu Natalia sebagai Anggota. Tim ini dijadwalkan mengadakan rapat untuk membahas draf usulan RKPDes yang akan dibahas dalam musyawarah pada bulan September.

Untuk tahun 2024, anggaran akan dialokasikan untuk program ketahanan pangan, yang akan memberikan bantuan untuk ternak seperti babi, ayam, dan kambing. Kelompok tani yang ingin mengajukan bantuan diharuskan menyusun proposal dan terdaftar di SIMLUHTAN. Sementara itu, tahun 2025 akan lebih menyoroti bantuan di bidang hortikultura dengan tujuan meningkatkan ketahanan pangan melalui kolaborasi dengan kelompok tani. Program ini akan memberikan kesempatan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengakses bantuan dan mengembangkan kemandirian dalam budidaya tanaman hortikultura di Kebun Bibit Rakyat milik KWT.

“Saat ini, KWT sedang mempercepat proses pendaftaran ke SIMLUHTAN dengan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan, termasuk KTP. Dengan langkah-langkah ini, Diskusi Kampung di Desa Pilang berpotensi menjadi pendorong perubahan yang signifikan. Dan meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pembangunan desa dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tambah Sevana.

Dikutip dari UNFCCC Former Executive Secretary Christiana Figueres, 2014, memberdayakan perempuan melalui ruang pengambilan keputusan menjadi faktor signifikan dalam mengatasi persoalan yang dihadapi perempuan seperti persoalan agrikultur. Perempuan memiliki pengetahuan dan kebutuhan yang berbeda dengan laki-laki, sehingga ruang diskusi harus dapat menampung suara perempuan sehingga keputusan yang dihasilkan turut mengakomodir kepentingan perempuan.

Penulis :

YBBI