Di masyarakat adat Kasepuhan Pasir Eurih, Desa Sindanglaya, Lebak-Banten ada seorang pria yang telah menjadi legenda hidup. Namanya Abah Uding, seorang pria berusia 60-an yang dengan semangat yang tak tergoyahkan telah mengabdikan hidupnya untuk menjaga keutuhan Gunung Bongkok, sebuah hutan adat yang memiliki makna mendalam bagi komunitasnya. Meskipun usianya telah senja, Abah Uding tidak pernah lelah melangkah menyusuri jalan berbatu menuju Gunung Bongkok setiap bulan. Ia terlihat masih perkasa menaklukan tanjakan demi tanjakan di gunung, menembus lebatnya hutan dan rimbunnya alam.
Sebagai petugas patroli Hutan Adat atau disebut Ronda Leuweung, yang merupakan bagian penting dari kelembagaan adat, Abah Uding memegang tanggung jawab suci untuk melindungi hutan adat yang sudah diberkahi oleh nenek moyang mereka. Setiap langkahnya di dalam hutan adalah seperti melangkah dalam buku hidup yang kaya akan pengetahuan dan kearifan lokal. Ia memiliki pengetahuan yang luas tentang setiap tumbuhan, hewan, dan bahkan tanaman obat yang tumbuh di sana. Baginya, hutan adalah tempat suci yang harus dijaga dengan sepenuh hati.
Tetapi lebih dari sekadar penjaga, Abah Uding adalah inspirasi bagi generasi muda desa Kasepuhan Pasir Eurih. Ia berbagi cerita dan pengetahuan kepada mereka dengan sabar dan penuh semangat. Ia bercerita tentang keseimbangan ekosistem, tentang keajaiban alam yang tak terhitung jumlahnya, dan tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Dengan mata berkilau dan senyum hangat, ia mengajak mereka untuk melestarikan hutan dan meneruskan warisan budaya dan kearifan lokal.
Abah Uding telah membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk berkontribusi dan memimpin perubahan. Ia adalah contoh nyata bahwa cinta dan kepedulian terhadap alam bisa menjadi sumber kekuatan yang tak terbatas. Dalam setiap langkahnya di hutan, ia meninggalkan jejak inspiratif bagi semua orang untuk menghormati, melindungi, dan menjaga lingkungan kita, sebagaimana warisan yang ditinggalkannya bagi generasi masa depan.