KWT Bara Tumbuh Bersama lalu membagi kelompok pemasak gula semut untuk menyanggupi pesanan tersebut. Meski pun ada sedikit tantangan di dalam kelompok, tentang siapa di antara mereka yang akan menyanggupi permintaan itu, namun diskusi yang cair dan bersifat kolektif, dan pemahaman terhadap AD ART kelompok, membuat pembagian tugas para anggota KWT berjalan adil.
Ibu Nur Azizah, sebagai Sekretaris kelompok lalu meminta salah satu Paebba (penyadap gula merah) untuk memasak sebanyak 20 liter Nira, hari itu juga. Ibu Citra sebagai ketua kelompok juga menyanggupi untuk produksi 10 kilogram gula.
Sayang sekali setelah menunggu beberapa jam hingga air Nira mendidih, larutan air nira tidak berhasil menjadi serbuk gula merah. larutan air Nira yang tidak cukup bagus, dengan proses pemasakan alami, menjadi faktor utama persoalan.
Namun, kelompok KWT tidak lemah semangat. Pada percobaan ketiga kalinya, selama tiga hari berturut-turut, larutan air Nira berhasil menjadi gula semut. Selama menghadapi kegagalan itu, tim fasilitator desa berupaya mencari tahu lewat komunikasi bersama ahli dan juga belajar bersama anggota KWT dari video Youtube. Hasil dari pengumpulan pembelajaran itu, dan pemetaan masalah, tim fasilitator desa menyimpulkan bahwa memang, pada bulan-bulan tertentu, air nira agak sulit untuk diproduksi menjadi gula semut dan lebih cocok diproduksi menjadi gula batok.