Dusun Simarantihan, desa Suo-Suo, terletak di tengah-tengah hutan yang memeluk konsesi PT Alam Bukit Tiga Puluh di lanskap Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Di dusun ini, perempuan Talang Mamak menjalani kehidupan dengan keterbatasan.
Talang Mamak, sebagai masyarakat adat, menghadapi tantangan hidup di kawasan hutan produksi seluas 38.665 hektar. Namun, di sepanjang jalan menuju dusun Simarantihan, terdapat tumbuhan resam dengan potensi yang tidak disadari sepenuhnya oleh warga setempat. Resam, yang tumbuh subur di tempat teduh, menjadi fokus ketika Kesatuan Karya Warisan Sejarah (KKI Warsi) bersama Abdi Nur membimbing perempuan Talang Mamak dalam pelatihan kerajinan resam.
Pada tanggal 14-17 September 2023, perempuan Talang Mamak dilatih dalam menggunakan potensi menggunakan tumbuhan resam ini. Mereka tidak hanya diajarkan untuk mengolah resam menjadi topi, tas, dan ambung saja. Tetapi juga diberdayakan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat membuka pintu peluang baru. Pelatihan tiga hari ini melibatkan perempuan dari kelompok Wanita Tani (KWT) Rimpahan Polirien Simarantihan. Dengan penuh semangat mereka memahami cara memanfaatkan resam dengan baik.
Sony, ketua KWT Rimpahan Polirien, menyatakan rasa syukur perempuan Talang Mamak dapat mengikuti pelatihan ini. Bukan hanya karena bahan baku yang mudah diambil, tetapi juga karena harapan akan usaha tambahan bagi mereka. Minar, anggota KWT menambahkan harapannya agar masyarakat kota dapat berkontribusi dengan membeli produk kerajinan mereka. Menyadari bahwa mereka adalah garda terdepan dalam menjaga kawasan hutan.
Abdi Nur, sebagai pelatih, memberikan apresiasi luar biasa terhadap semangat dan kecerdasan perempuan Talang Mamak dalam mengikuti pelatihan. Ia mengajak KKI Warsi dan pemerintah daerah untuk mendukung produk kerajinan mereka, melihat potensi ekonomi yang dapat dihasilkan.
“Setelah pelatihan, mereka tidak hanya akan mengidentifikasi tumbuhan resam di wilayah mereka sebagai bahan baku. Tetapi juga akan menyampaikan langkah-langkah kepada tokoh adat untuk pengembangan lebih lanjut. Mereka menyadari bahwa resam tidak hanya menjadi tanaman, tetapi juga sebuah potensi ekonomi yang dapat mengubah kehidupan mereka,” jelas Abdi Nur.
Ari Muhammad, pendamping dari KKI Warsi, berkomitmen untuk mengadvokasi perempuan Talang Mamak, berharap mendapatkan dukungan untuk pelatihan lanjutan. Ia bermimpi agar hasil kerajinan mereka dapat dipasarkan secara luas. Membawa harapan baru dan membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah bagi komunitas yang begitu gigih dan berpotensi besar.