Chinese Women's Critical Education Discussion Series Benteng Regarding Sexual Violence Prevention

PPSW Jakarta melalui program Estungkara rutin menggelar serial diskusi pendidikan kritis terkait pencegahan kekerasan seksual bagi perempuan Cina Benteng. Serial diskusi ini membahas mengenai beragam isu dengan menggunakan modul yang dikembangkan PPSW Jakarta dalam mengembangkan kapasitas bagi perempuan Cina Benteng.

Salah satu topik penting yang kerap dibahas dalam sesi diskusi adalah mengenai isu kekerasan yang kerap dialami perempuan Cina Benteng Diskusi ini membahas tentang dampak yang ditimbullkan dari terjadinya kekerasan dan apa saja sebab-sebab terjadinya kekerasan. Seri diskusi ini bertujuan agar dengan pemahaman yang memadai, maka perempuan Cina Benteng dapat mencegah/menghindari dan memutus rantai kekerasan yang kerap menimpa perempuan dan anak-anak.

“Selain itu juga mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan,” ujar Iqbal Yusti Ekoputro, PPSW Jakarta saat fasilitasi diskusi.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan KEMITRAAN bersama Laura UGM mengenai kekerasan seksual di masyarakat adat dan etnis minoritas, disebutkan bahwa bentuk kekerasan yang kerap terjadi di etnis Cina Benteng adalah kekerasan berbasis gender. Dimana perempuan kerap memiliki beban ganda dalam mengurus rumah tangga, disisi lain juga mereka kerap tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja sehingga bergantung penuh pada suami. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu alasan pemicu terjadinya kekerasan, karena perempuan tidak memiliki wewenang akan dirinya.

Seri diskusi ini diselenggarakan secara rutin dengan metode diskusi santai bersama sejumlah perempuan Cina Benteng. Sebanyak kurang lebih 20 peserta yang mayoritas adalah perempuan Cina Benteng yang juga merupakan kader KWPS Lampion Merah Abadi hadir dalam setiap sesi diskusi. Metode pelatihan diawali dengan mengajak peserta duduk melingkar, dan fasilitator akan memulai dengan permainan untuk membangun antusiasime peserta mengikuti diskusi.

“Biasanya kami mereview kembali materi sebelumnya, agar peserta bisa mengingat kembali hasil diskusi yang sudah dibahas sebelumnya,” ujar Iqbal.

Pada sesi diskusi sebelumnya Titik Suratmi dari PPSW Jakarta membahas mengenai upaya-upaya menangani korban kekerasan. Diskusi ini penting untuk memberikan pemahaman mendalam tentang cara-cara melindungi korban, agar peserta yang juga menjadi kader koperasi dapat menyuarakan pengalaman mereka maupun masyarakat terkait kekerasan psikis, fisik, dan seksual.

“Kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan isu yang sangat serius. Kesadaran dan pemahaman akan isu ini menjadi langkah penting dalam mencegah kekerasan dan mengurangi kasus-kasus yang terjadi,” ujar Titik saat memfasilitasi diskusi.

Selain mengangkat persoalan yang dihadapi perempuan dan anak, fasilitator juga menyampaikan bahwa persoalan kekerasan juga rentan dialami oleh penyandang disabilitas. Hal ini dikarenakan dampak ganda akan dialami oleh mereka dengan disabilitas, terlebih apabila kekerasan dialami perempuan dengan disabilitas.

“Diskusi ini juga menekankan pentingnya partisipasi politik perempuan. Khususnya, perempuan penyandang disabilitas diharapkan dapat menjadi agen perubahan di kalangan komunitas etnis Cina Benteng, mendorong kebijakan yang sensitif gender dan inklusif,” ujar Tiyas Widya Anggraini dari PPSW Jakarta yang juga menjadi fasilitator dalam diskusi.

Tiyas Widya Anggraini dari PPSW Jakarta yang juga menjadi salah satu fasilitator menjelaskan bahwa dampak-dampak yang dapat timbul dari kekerasan bisa beragam, mulai dari dampak fisik, mental, sosial seperti pengucilan, ekonomi, dan juga kesehatan reproduksi.

“Kami jadi paham bahwa sebab-sebab terjadinya kekerasan bisa bermacam-macam, seperti karena faktor ekonomi, suami selingkuh, suami malas, tidak saling terbuka, perbedaan prinsip dan komitmen,” terang Lanni, salah satu peserta dalam sesi diskusi.

Melalui diskusi-diskusi ini, diharapkan perempuan Cina Benteng dapat lebih aktif dalam menyuarakan hak-hak mereka dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Partisipasi aktif dan solidaritas antar kelompok adalah kunci untuk mencegah kekerasan dan membangun masyarakat yang lebih baik.

“Kami berharap sesi-sesi selanjutnya akan terus memberikan inspirasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi semua peserta,” tambah Iqbal.

Dampak kekerasan dapat menyebabkan seseorang mengalami trauma yang sulit untuk dihilangkan. Dan hal ini bisa terjadi pada orang-orang terdekat. Sehingga memberikan pembekalan mengenai bagaimana harus bersikap ketika melihat kasus kekerasan, maka hal ini dapat membantu korban dan juga memutus mata rantai kasus kekerasan di masyarakat, terlebih khusus di komunitas Cina Benteng.

Writer :

aldi agustian